Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Air Terjun Saluopa

Kompas.com - 24/05/2012, 20:41 WIB

KOMPAS.com - Air terjun Saluopa di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah dapat dikatakan tempat wisata yang paling dikenal oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal dengan keindahan alamnya. Air terjun Saluopa bersumber dari mata air yang mengalir dari puncak gunung dengan ketinggian 25 meter. Air terjun ini melewati batuan gunung sebanyak 12 tingkatan yang mengalir deras mengalir hingga ke tingkat paling bawah yang berakhir di sungai kecil Desa Leboni.

Air terjun Saluopa terletak di Desa Leboni, Kecamatan Pamona Pusalemba, Kabupaten Poso atau sekitar 14 kilometer dari Kota Tentena. Air terjun ini juga memiliki tempat permandian yang berada di tingkat 11.

Pemkab Poso menugaskan Wiliam Tabasi dan Budi Rutana untuk menjaga kebersihan di Air Terjun Saluopa ini. Menurut catatan petugas jaga, jumlah pengunjung saat hari libur mencapai 200 orang lebih. Namun pengunjung terbanyak saat perayaan Tahun Baru yang mencapai 400 pengunjung. Bertambahnya pengunjung sudah tentu menambah pemasukan bagi Pemkab Poso yang menetapkan tiket masuk Rp 1.000 per orang. "Kalau hari biasa kurang pengunjung, namun kalau hari libur seperti Minggu mencapai 200 orang. Paling banyak itu saat libur Tahun Baru mencapai 400 orang,” kata Wiliam.

Menurut beberapa pengunjung, air terjun Saluopa merupakan air terjun yang terbaik di Indonesia. Namun sayangnya, air yang dahulu mengalir deras menutupi bebatuan di setiap tingkatan tersebut, kini debit airnya mulai berkurang.

Hal tersebut diakui oleh salah seorang pengunjung asal Kota Bogor, Jawa Barat yang telah beberapa kali mengunjungi Saluopa. Dia menyayangkan air terjun tersebut telah mengalami perubahan debit air yang mulai mengurang.

"Saya telah mengunjungi semua air terjun di Indonesia. Menurut saya yang bagus hanya Saluopa. Namun sayangnya debit air sudah mulai berkurang. Kalau dulu saya ke Saluopa, airnya itu deras hingga tertumpah sampai di anak tangga yang menuju ke tingkat 12, tapi sekarang sudah tidak lagi," paparnya.

Pengakuan tersebut juga diutarakan wisman asal Prancis, Rathrie dan Kisin. Mereka mengakui keindahan Saluopa merupakan air terjun yang paling baik dibanding air terjun yang ada di Indonesia. "Air terjun ini yang paling baik, namun sayang masih banyak sampah yang harus dibersihkan,” katanya.

Ketika di tanya dari mana mendapat informasi adanya Air Terjun Saluopa, mereka menjawab dari buku wisata.

Wiliam Tabasi mengakui debit air terjun Saluopa itu mulai berkurang disinyalir akibat adanya perkebunan warga di puncak air itu. "Sudah hampir dua tahun ini airnya mulai berkurang, soalnya banyak kebun warga di atas itu. Dahulu, warga yang berkebun itu, pernah dipanggil oleh aparat desa, dengan melarang penambahan luas kebun,”  ungkapnya.

Wiliam juga mengungkapkan, pengawasan di Saluopa perlu adanya pegawasan oleh instansi terkait. "Harus ada pengawasan dari Dinas Pariwisata dan Kehutanan untuk pengawasan yang lebih terkait adanya penebangan hutan,” katanya.

Kepada Pemerintah Kabupaten Poso dalam hal ini Dinas Pariwisata, Wiliam dan Budi berharap agar segera diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). "Tugas kami di sini bukan hanya menjaga kebersihan, namun juga bertanggung jawab penuh untuk keamanan. Untuk membersihkan jalan dan sampah itu kami lakukan setiap hari Sabtu, sementara gaji kami hanya Rp 200 ribu yang diterima per tri wulan," papar Wiliam yang telah bertugas selama 4 tahun di Air Terjun Saluopa ini. (Feri Timparosa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

    Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

    Travel Update
    Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

    Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

    Travel Update
    Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

    Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

    Travel Update
    Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

    Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

    Travel Update
    4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

    4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

    Jalan Jalan
    3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

    3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

    Hotel Story
    Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

    Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

    Jalan Jalan
    Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

    Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

    Jalan Jalan
    Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

    Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

    Travel Tips
    4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

    4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

    Jalan Jalan
    Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

    Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

    Jalan Jalan
    Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

    Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

    Jalan Jalan
    Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

    Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

    Travel Tips
    8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

    8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

    Travel Tips
    Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

    Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com