Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Miring di Pasar Aur Kuning

Kompas.com - 10/06/2012, 16:13 WIB

Tak jauh dari Pasar Aur Kuning berdenyut aktivitas penghasil pakaian jadi di Nagari Pasia, Kecamatan Ampek Angkek, Agam. Sekitar 350 keluarga menjadikan usaha konfeksi sebagai sumber pendapatan. Sebagian produksinya dipasarkan ke Pasar Aur Kuning.

Hari pakan atau pasaran di Pasar Aur Kuning berlangsung pada Rabu dan Sabtu. Pasokan barang, bahkan pembeli dari luar daerah, biasanya sudah datang sejak Jumat.

Pada hari pasaran, omzet seorang PKL bisa mencapai Rp 2 juta dalam sehari. Bandingkan dengan putaran uang yang diterima pada hari biasa yang sekitar Rp 500.000 per hari.

”Tetapi, beberapa tahun terakhir ini sepi. Pasar ini terasa ramai antara tahun 2000 dan 2003,” kata seorang PKL, Bujang Tanjung (53).

Ia menyewa tempat untuk lapaknya yang berada di depan sebuah toko dengan biaya Rp 50.000 per bulan. Tentu saja Bujang tidak menyetorkannya kepada Dinas Pengelolaan Pasar Bukittinggi.

Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Bukittinggi Hermansyah mengatakan, sejumlah pedagang toko memang memilih untuk pindah. Sebagian memilih ke Pekanbaru.

”Mungkin karena merasa terganggu,” ujar Hermansyah. Ia seperti hendak merujuk keberadaan sekitar 1.500 PKL di Pasar Aur Kuning.

Namun, pasar yang menurut Hermansyah didirikan pada awal tahun 1980-an itu tetap jadi pilihan. Padahal, dulu kawasan itu relatif sepi.

”Dulunya adalah tempat bagi masyarakat sekitar memasarkan hasil bumi, lalu lama-lama berkembang,” kata Hermansyah.

Sebagian pedagang Pasar Aur Kuning kini merupakan pedagang dari Pasar Atas. Penolakan, lanjutnya, sempat bergolak di antara sebagian pedagang. ”Karena dikira Pasar Aur Kuning adalah tempat pembuangan,” katanya.

Perlahan, nyaris beriringan dengan pembangunan pasar, Terminal Simpang Aur didirikan. Akan tetapi, ketika itu belum ada rencana menjadikan Aur Kuning sebagai pasar grosir.

Belakangan barulah predikat sebagai pusat grosir disematkan. Jejaknya kemudian terlihat dengan kemacetan yang relatif parah di sekitar pasar atau sulitnya mencari tempat parkir.

Nama Aur (Minang: Aua) Kuning berarti sejenis bambu kuning berdiameter kecil. Agaknya perkembangan Pasar Aur Kuning mengikuti pula filosofi bambu.

Ketika muda sebagai rebung, bambu berguna untuk dimakan. Seiring dengan pertambahan umur, manfaatnya berganti. (Ingki Rinaldi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com