Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahu, Kenapa Biaya Berobat Mahal dan Komersil?

Kompas.com - 26/06/2012, 06:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sampai saat ini Indonesia belum memiliki sistem pelayanan kedokteran terpadu dengan sistem rujukan. Akibatnya, pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi teramat mahal dan komersil.

Demikian disampaikan dr. Gatot Soetono MPH, Ketua Bidang Pengembangan Sistem Pelayanan Kedokteran Terpadu dengan Sistem Rujukan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia di acara Dialog Interaktif terkait BPJS, Senin, (25/6/2012), di Jakarta.

"Kenapa saat ini pelayanan kesehatan kita begitu tinggi? Jawabannya karena kita terlambat meregulasi sistem pelayanan kedokteran," katanya.

Gatot menyampaikan, saat ini Indonesia hanya memiliki sistem undang-undang rumah sakit, belum memiliki suatu undang-undang sistem pelayanan kesehatan. Padahal, kata Gatot, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan seluruh negara untuk membangun sistem pelayanan kesehatan berbasis pelayanan kesehatan primer untuk menekan tingginya biaya pelayanan kesehatan.

"Artinya, setiap penduduk seyogianya masuk ke sistem pelayanan kesehatan melalui pelayanan primer. Layanan primer bisa diartikan puskesmas atau kalau swasta dokter umum," ujarnya.

Tetapi, kondisi saat ini masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya untuk memanfaatkan sistem pelayanan kedokteran sehingga terjadilah komersialisasi besar-besaran. Ketidaktahuan ini kemudian dimanfaatkan oleh pelaku bisnis untuk membuat layanan kesehatan tersier menjadi kebutuhan dasar, yang berimbas terhadap tingginya biaya kesehatan.

"Sekarang, masyarakat yang punya uang tidak mau lagi pergi ke dokter umum dan lebih memilih langsung berobat ke dokter spesialis. Bahkan, banyak ibu malu melahirkan di bidan dan lebih memilih dokter spesialis kandungan. Ini adalah bentuk komersialisasi kedokteran yang begitu kuat," jelasnya.

Seharusnya, lanjut Gatot, masyarakat wajib mengakses pelayanan kesehatan primer terlebih dahulu. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut, barulah pasien dapat dirujuk ke tingkat yang lebih tinggi, yakni spesialis atau subspesialis. Inilah sistem yang sesungguhnya dianjurkan WHO, yang sudah dianut oleh hampir semua negara kecuali Indonesia.

Sistem layanan kesehatan yang berorientasi pada tenaga spesialis atau subspesialis pada akhirnya akan berimbas pada profesi kedokteran itu sendiri, yang akan membuat kesenjangan antara dokter umum dan spesialis. Padahal, Indonesia saat ini membutuhkan suatu pelayanan primer yang handal dan canggih.

Mirisnya, seringkali ada anggapan di masyarakat, bahwa pelayanan primer seperti misalnya Puskesmas dikonotasikan sebagai layanan untuk orang miskin.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com