Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiat Berwisata Kuliner dari Koki Papan Atas

Kompas.com - 26/08/2012, 18:18 WIB

KOMPAS.com – Koki-koki papan atas maupun koki selebriti terbiasa melakukan perjalanan ke belahan bumi yang berbeda. Mereka biasa bekerja di berbagai restoran kelas atas di banyak negara.

Saat melakukan perjalanan wisata, selera makan mereka memandu perjalanan wisata itu sendiri. Nah, sesuai dengan keahlian mereka di bidang kuliner, berikut beberapa tips dari koki-koki papan atas di Amerika Serikat seperti dikutip dari Fodors.com.

Mereka berbagi kiat-kiat berwisata kuliner. Sebagian besar berdasarkan pengalaman mereka saat melakukan perjalanan.

Curtis Stone, pemandu acara “Top Chef Masters” dan “Around the World in 80 Plates”:
Saya selalu meminta supir taksi untuk mencarikan makanan yang enak di tempat-tempat yang tak terkenal. Segera setelah saya sampai dan naik taksi di bandara, saya akan bertanya di mana tempat si supir taksi sering makan.

Mereka biasanya memberikan rekomendasi tempat-tempat makan lokal yang sederhana. Inilah cara Anda untuk bisa merasakan lebih dalam latar belakang budaya atau ciri khas kuliner suatu destinasi.

David Myers, koki dan pemilik restoran Comme Ça di Los Angeles dan Las Vegas:
Saya membawa beberapa bahan makanan, ini menjadi hal penting saat saya melakukan perjalanan wisata. Saya selalu membawa garam. Sebab, beberapa tempat seringkali memiliki garam yang tak enak atau mereka tidak memasukkan garam di dalam makanan itu.

Saya juga suka membawa sedikit yuzukosho, sejenis pasta dari cabai yang difermentasi. Bahan ini saya gunakan untuk memberikan tambahan rasa ke berbagai makanan.

Juga, ketika saya merasa ragu saat ingin membeli minuman yang enak, saya biasanya suka membawa sedikit minuman spirit (minuman beralkohol tanpa rasa manis). Sehingga jika mereka tidak menyajikan cocktail yang enak, saya bisa membuatnya sendiri.

Rick Moonen, koki dan pemilik restoran RM Seafood di Las Vegas:
Untuk mendapatkan rekomendasi tempat makan saat saya di tengah perjalanan wisata, saya biasa mencarinya dengan meminta pendapat melalui situs social network.

Misalnya, saya akan tweet seperti “Tolong saya! Saya akan pergi ke Seattle. Di manakah sebaiknya saya mencari makan?”. Saya bisa mendapatkan 50 respon. Biasanya, 20 di antaranya sama dan saran-saran yang sama itulah yang harus Anda masukan dalam daftar teratas tempat makan yang perlu Anda datangi.

Juga, saya selalu memiliki lingkaran teman-teman dekat yang doyan makan yang suka memberikan saran tempat-tempat makan. Dengarkan saran teman Anda yang doyan makan atau berwisata kuliner. Mereka biasanya selalu benar.

Art Smith, koki dan pemilik restoran Art and Soul di Washington DC:
Saya sering sekali naik pesawat, bisa selama tiga atau empat minggu dalam sebulan. Jadi, saya harus belajar mempersiapkan dan mencoba untuk makan sebelum saya naik ke pesawat.

Saya pun jadi bisa melewatkan makanan yang disajikan di dalam pesawat. Saya lebih baik makan buah pisang atau energy bar, dibandingkan harus makan makanan yang biasa disuguhkan di dalam pesawat. Asyiknya, beberapa pesawat kini telah menawarkan berbagai makanan seperti pisang atau energy bar di dalam pesawat.

Hugh Acheson, koki dan pemilik restoran Empire State South di Atlanta:
Saya punya banyak teman yang merupakan kritikus tempat makan. Jadi biasanya saya akan bertanya pada mereka saat melakukan riset tempat makan suatu destinasi yang akan saya kunjungi.

Jika saya tak kenal mereka secara pribadi, saya bisa saja membaca ulasan tempat-tempat makan lokal dari media dan membuat daftar kecil tempat-tempat makan ini.

Ketika saya sampai di suatu tempat, saya selalu mencari kedai kopi yang enak. Biasanya saya akan bertanya pada warga setempat untuk mendapatkan saran tempat kopi yang enak.

Untuk bisa merasakan makanan yang dimakan penduduk setempat, saya akan muncul di toko swalayan setempat. Lalu, berkeliling dan melihat aneka barang yang dijual. Saya kemudian membeli bahan-bahan makanan, yang biasanya tak bisa saya temukan di tempat asal saya.

Rempah-rempah adalah bahan-bahan favorit yang sering saya bawa pulang dari perjalanan wisata. Mereka mudah dibawa-bawa dan Anda tidak akan mendapatkan kesulitan saat harus membawanya pulang.

Sedihnya, masa-masa diperbolehkan membawa pulang ham jamon dan keju yang belum dipasteurisasi, sudah lewat. Benda-benda ini tak sepadan, jika dibandingkan saya harus masuk penjara karena nekat membawa benda ini kembali ke negara asal saya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com