Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turis Lokal Itu...

Kompas.com - 07/09/2012, 02:30 WIB

SETIAP bulan Badan Pusat Statistik merilis data kunjungan wisatawan mancanegara. Data wisman selalu terpantau. Di sisi lain, data wisatawan nusantara terlupakan oleh BPS. Padahal dari segi pengeluaran, potensi wisatawan lokal menyumbang lebih dari dua kali lipat perolehan devisa wisman.

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tahun 2011 perolehan devisa dari wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 8,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 80 triliun), sementara total pengeluaran wisatawan lokal Rp 156,89 triliun. Data tersebut membuat keberadaan wisatawan lokal tidak bisa diabaikan. Potensi mereka sangat besar sehingga harus diantisipasi. Jangan sampai kita sibuk mengurusi wisman, sementara wisatawan lokal justru berbondong-bondong berwisata ke sejumlah negara tetangga.

Tahun ini, pemerintah menargetkan pergerakan wisatawan nusantara mencapai 245 juta perjalanan dan target total pengeluaran wisatawan nusantara sebesar Rp 171,5 triliun (18 miliar dollar AS). Pengeluaran wisatawan nusantara ini diyakini mampu menggerakkan perekonomian daerah karena perjalanan wisatawan lokal sebagian besar adalah ke daerah-daerah. Mereka biasa membelanjakan uang antara lain untuk transportasi, akomodasi, makan-minum, serta cendera mata dan oleh-oleh.

Jumlah perjalanan wisatawan lokal pada 2011 mencapai 236,752 juta. Dari perjalanan tersebut, total pengeluarannya mencapai Rp 156,89 triliun. Perhitungan pengeluaran ini berdasarkan besarnya pengeluaran per perjalanan sebesar Rp 662.680. Perjalanan wisatawan lokal masih didominasi ke tujuh provinsi di Indonesia, yakni Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sulawesi Selatan.

Dengan jumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa, potensi wisatawan lokal di Indonesia sangat besar. Apalagi, warga kelas menengah tiap tahun terus bertambah. Bank Dunia menyebutkan, sebanyak 56,5 persen dari 237 juta warga Indonesia masuk kategori kelas menengah dengan nilai belanja 2-20 dollar AS per hari. Artinya, saat ini ada sekitar 134 juta warga kelas menengah di Indonesia. Kelompok ini tentunya memiliki kebutuhan wisata sesuai dengan daya belinya.

Peluang besar wisatawan lokal seharusnya bisa ditangkap para pelaku industri pariwisata. Mereka semaksimal mungkin menghabiskan belanja wisatanya di dalam negeri sehingga multiplier effect-nya bisa berdampak bagi perekonomian nasional. Sayangnya, kelompok kelas menengah justru mengantre berwisata ke luar negeri karena tawaran paket wisata yang lebih murah.

Masih buruknya infrastruktur menjadi kendala utama bagi pengembangan industri pariwisata. Pemerintah seharusnya menyikapi kondisi ini dengan serius. Sekali lagi, perbaiki infrastruktur.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menyebut wisatawan lokal menjadi penyelamat ekonomi Indonesia pada saat krisis seperti saat ini. Saat liburan Lebaran kemarin, kunjungan wisatawan lokal bahkan melonjak hingga 25 persen. Kondisi tersebut menggembirakan karena arus wisatawan asing tengah menurun. Data BPS menunjukkan, dibandingkan dengan Juli tahun lalu, jumlah wisman yang datang pada bulan Juli 2012 mengalami penurunan 5,94 persen, dari 745.451 orang menjadi 701.200 orang.

Secara kumulatif Januari-Juli, jumlah wisman yang mengalami penurunan serius berasal dari, antara lain, Singapura dan UEA (2 persen), Belanda (6,1 persen), dan Taiwan (11 persen). Artinya, industri pariwisata tidak boleh terlalu bergantung pada wisman. Masih ada wisatawan lokal yang potensinya jauh lebih besar. (ENY PRIHTIYANI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com