Bengkulu, Kompas -
Penyusutan lahan terjadi karena sejumlah petani mengalihkan sawahnya menjadi kebun kelapa sawit yang dinilai lebih menguntungkan.
”Jika laju penyusutan ini tidak segera dikendalikan, akan mengganggu ketersediaan beras pada masa mendatang di Bengkulu,” kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu Edi Nevian, Senin (1/10).
Penyusutan sawah rata-rata 750 hektar per tahun. Jika asumsi produktivitas 5 ton per hektar, berarti 7.500 ton gabah kering panen hilang dalam dua tahun.
Edi menambahkan, sawah yang dialiri irigasi teknis hanya sekitar 30 persen dari total sawah yang ada, maka kebanyakan petani di Bengkulu menanami sawahnya sekali dalam setahun. Penghasilan dari panen padi yang diperoleh setahun sekali itu sangat mungkin jadi alasan petani beralih menanam sawit. Dengan sawit diyakini bisa panen secara rutin setiap bulan.
Barlian, petani di Desa Sungai Ipuh, Kecamatan Selagan Raya, Kabupaten Mukomuko, mengatakan, alih fungsi lahan sawah di Mukomuko cukup banyak. Sembilan pabrik pengolahan minyak sawit mentah (CPO) yang beroperasi di Mukomuko menjadi jaminan pasar hasil panen sawit.
Menurut Kabid Pengembangan Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu Nazamuddin, petani memilih menanam kelapa sawit karena budidayanya yang dinilai mudah serta bisa dipanen secara rutin dua kali setiap bulan.
”Karet, kopi, kakao, dan sawit jadi komoditas yang diunggulkan di Bengkulu. Permintaan bantuan bibit sawit dari petani banyak sekali,” ujar Nazamuddin.