Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedai Kopi Es Tak Kie, Kopi Tua Tahun 1927

Kompas.com - 07/10/2012, 06:36 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi pecinta kopi, Kedai Kopi Es Tak Kei menjadi salah satu kedai kopi yang wajib disambangi. Selain menjadi kedai kopi tua alias jadul sejak tahun 1927, kedai ini juga memiliki satu varian kopi yang tidak akan ditemukan pecinta kopi di coffee shop manapun selain di Kedai Kopi Tak Kei.

Siang itu, Kompas.com menyambangi kedai yang berada bilangan Glodok (Pecinan), Jakarta Barat, khusus untuk mencoba es kopi yang sudah berdiri selama 85 tahun ini. Kedai tersebut berdiri di dalam sebuah gang sempit bernama Gang Gloria yang saat ini berubah nama menjadi jalan Pintu Besar Selatan III, Glodok.

Tepatnya Jalan Gajah Mada, kawasan Pancoran, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Kopi Tak Kei ini juga sudah melewati masa penjajahan Belanda, Jepang, dan masih berdiri sampai saat ini.

Nuansa ketika memasuki kedai ini akan mengembalikan kita ke film-film kung fu Andy Law atau Jacky Chan. Kursi yang terbuat dari pohon jati masih terawat dan digunakan dalam kedai tersebut. Foto-foto saat kedai masih gerobak juga terpajang di sisi tembok kedai Tak Kei.

Tak hanya itu, kedai ini juga sering dijadikan lokasi pembuatan film dengan latar tempo dulu, seperti film Dewi-Dewi yang dibintangi oleh Wulan Guritno. Orang yang pernah berada di posisi pertama terkaya di Indonesia, Alm. Liem Sioe Liong, pemilik BCA, pun pernah mengunjungi kedai ini.

"Yang paling terakhir kesini, Pak Jokowi. Waktu putaran kedua pilkada DKI kemarin," kata Latif Yulus alias Ayauw (62), pemilik Kedai Kopi Es Tak Kei kepada Kompas.com saat berbincang di kedainya, Jumat (5/10/2012).

Nama Tak Kie sendiri berasal dari kata "Tak" yang artinya orang yang bijaksana, sederhana dan tidak macam-macam. Sementara kata "Kie" berarti mudah diingat orang. Pemberian nama ini selanjutnya bisa diartikan kedai kopi sederhana yang menyimpan kebijaksanaan dan mudah diingat orang.

"Ya jadi kaya saya gini juga, pemiliknya. Dari zaman kakek saya sampai saya, ya begini aja, sederhana, nggak macem-macem," ungkapnya.

Didirikan oleh Liong Kwie Tjong dari China Daratan, kedai kopi Tak Kie hanya sebuah gerobak yang berdiri di sekitar pasar Glodok. Kedai ini terus berkembang sampai sekarang. Generasi ketiga yaitu Latif Yulus alias Ayauw (62) memiliki hobi meracik kopi untuk mendapatkan rasa khas dari kedai kopinya.

Saat generasi pertama, kedai kopi Tak Kei hanya berupa gerobak dorong yang bisa pindah-pindah tempat. Kopi yang dipasok pun berasal dari pasar di sekitar Glodok. Zaman itu, kualitas kopi masih terjaga sehingga kopi Tak Kei diminati para pecinta kopi.

Pada generasi kedua ketika dipimpin Liong Tjoen, ayah Ayauw, kedai kopi pindah ke pertokoan di dalam gang Gloria yang masih berdiri sampai saat ini. Kopi yang disajikan juga masih dipasok dari pasar-pasar tradisional di sekitar Glodok.

Menginjak tahun 1976 ketika Ayauw memegang kedai kopi, ia mencoba mengkombinasikan beberapa jenis kopi dalam satu gelas besar untuk dinikmati penggemar kopi. Ia membeli biji-biji kopi untuk digiling sendiri.

Lalu, ia mencampur beberapa jenis kopi ke dalam satu wadah untuk menghasilkan satu gelas kopi yang bisa dinikmati dan dikenal dengan "Es Kopi Tak Kie". Es kopi Tak Kie merupakan campuran kopi dari jenis kopi kopi Robusta maupun Arabika dari Lampung, Toraja, sampai Sidikalang.

Ia berpikir semua kopi tidak akan enak jika hanya diminum dalam satu jenis. Kombinasi jenis kopi dapat meningkatkan cita rasa yang ditimbulkan. Pelanggan kopi Tak Kie ini pun banyak yang sudah menjadi pelanggan turunan.

Ada pelanggan yang setiap pagi mendatangi kedai hanya untuk menyeruput kenikmatan kopi racikan Ayauw. Ada pula pelanggan puluhan tahun yang sudah melanglang buana ke Amerika, Singapura, hingga Australia, namun selalu kembali mendatangi kedai kopi ini untuk mendapatkan sensasi rasa kopi yang khas dari Kedai Kopi Tak Kei.

Bagi para kopi mania, jangan sampai datang ke kedai tersebut di sore atau malam hari. Sebab, kedai ini buka mulai pukul 6.30 sampai pukul 2.00 siang. Saat ditanya apakah Ayauw apakah memiliki keinginan mengubah kedai miliknya seperti coffee shop di mal, Ayauw menuturkan bahwa ia sebenarnya bisa saja melakukan hal tersebut.

Tetapi, lanjut Ayauw, perubahan akan memberikan dampak pada hilangnya kekhasan dari kedai kopi miliknya yang bernuansa "Tempo Doeloe". Harga di kedai ini pun bisa lebih murah dibandingkan jika berjualan kopi di mal.

"Kalau di sini kan es kopi hitam kita jual Rp 10.000 sedangkan kopi susu Rp 11.000," kata Ayauw.

Ayauw kemudian bercerita bahwa ia memiliki racikan kopi terbaru. Ia lalu mengambil bubuk kopi yang sudah terukur sebanyak 20 gram di plastik-plastik dekat mejanya.

"Kopi ini kualitas terbaik yang baru saya temukan sekitar dua tahun lalu. Kopi ini saya beri nama kopi 'Tak Tak'. Artinya kopi yang memiliki tantangan," katanya dengan senyum penuh kebanggaan.

Ayauw pun menawarkan Kompas.com untuk mencicipi kopi spesial hasil racikannya. Sambil menyeduh, Ayauw menjelaskan kepada Kompas.com cara menyeduh kopi agar mencapai kematangan sempurna.

Untuk satu gelas besar, siapkan 20 gram kopi bubuk hasil racikan Ayauw. Kemudian air panas dituangkan ke dalam gelas yang sudah berisi kopi, aduk hingga merata, dan kopi harus ditutup agar kematangan sempurna.

Lama menutup seduhan kopi sekitar 10 menit. Jika tidak, kenikmatan kopi tidak akan mencapai titik sempurna. Setelah ditutup selama 10 menit dan bubuk kopi sudah mengendap, saring kopi tersebut ke gelas lain agar tidak berampas.

Di gelas baru itu, peminum bisa menambahkan tambahan gula atau susu sesuai selera penikmat kopi. Khusus untuk kopi bubuk yang dibeli dari kedai Tak Kie, jika ingin mendapatkan rasa yang sama, Ayauw menyarankan menggunakan susu kental manis merek tertentu. Sebab, jika susu yang digunakan berbeda, rasa yang ditimbulkan pun berbeda.

Kopi yang diseduhkan Ayauw pun siap diseruput. Sebelum menyeruput, aroma kuat dari kopi begitu merasuk dan membangkitkan indera untuk segera meminumnya. Ketika diminum, saat kopi menyentuh permukaan mulut, rasa kopi Lampung yang lembut muncul.

Namun, saat kopi sampai di pangkal lidah, pahitnya kopi yang kuat terasa, terlebih saat itu kopi belum diberikan tambahan gula atau susu agar bisa merasakan rasa asli kopi. Tetapi ketika kopi sudah di kerongkongan, rasa kopi berubah menjadi kenikmatan maksimal .

Tidak sampai disitu, setelah meminum kopi tersebut, masih ada efek kopi yang membekas dengan kuat. Ayauw mengatakan, peminum kopi Tak Tak ini harus orang yang kuat karena menimbulkan efek memicu degupan jantung akibat kadar kafein yang tinggi.

Jika terlalu banyak meminum kopi Tak Tak ini, bagi penderita penyakit maag kronis juga bisa meningkatkan asam lambung. Kopi Tak Tak dibandrol dengan harga sedikit lebih mahal yaitu Rp 15.000 karena menggunakan biji kopi yang lebih unggul.

Selain dalam bentuk seduhan kopi, kedai kopi Tak Kei juga menjual dalam bentuk bubuk. Harga satu kiloogram kopi racikan Es Kopi Tak Kei Rp 150.000 dan kopi Tak Tak Rp 180.000. Ayauw juga ternyata menyimpan perasaan prihatin kepada para petani kopi yang tidak serius menjaga kualitas kopi.

Menurutnya, para petani kerap kali hanya memikirkan keuntungan sehingga kualitas kopi tidak terjaga. Bibit kopi yang digunakan bukan lagi bibit-bibit unggul, sehingga rasa kopi pun berubah. Seperti kopi Robusta dari daerah tertentu yang menurut Ayauw sudah menurun drastis kualitasnya.

"Kalau petani kita bisa serius dan mendalami kopi, negara kita akan menjadi penghasil kopi terbaik. Apalagi kita punya bibit kopi Irian yang kualitasnya sangat bagus dan paling bagus di Indonesia," kata Ayauw.

Selain itu, banyak pengusaha kopi yang tidak mengerti kopi tetapi mencoba memberikan sajian kopi dengan mengandalkan merek. Kopi yang banyak terjual saat ini merupakan kopi yang manggunakan banyak campuran.

Bahan campurannya bisa dengan pewangi buatan, atau gula buatan yang berlebihan sehingga rasa asli kopi menghilang. Bagi para pecinta kopi, silahkan datangi kedai kopi tempo dulu ini untuk bernostalgia menikmati kopi asli Indonesia. Selamat mencoba!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

    7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

    Hotel Story
    6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

    6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

    Jalan Jalan
    7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

    7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

    Jalan Jalan
    Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

    Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

    Travel Update
    Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

    Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

    Travel Update
    Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

    Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

    Travel Tips
    Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

    Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

    Travel Update
    Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

    Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

    Travel Update
    Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

    Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

    Jalan Jalan
    Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

    Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

    Travel Update
    KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

    KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

    Travel Update
    Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

    Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

    Travel Update
    Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

    Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

    Travel Update
    Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

    Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

    Travel Update
    Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

    Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

    Jalan Jalan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com