Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tenun Tradisional Tetap Dicari Wisatawan

Kompas.com - 25/11/2012, 14:21 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

KOMPAS.com - Memiliki warna dan corak yang indah, kain tenun rupanya memerlukan waktu lama dalam pembuatannya. Menurut Benny Gratha, Asisten Kurator Museum Tekstil Jakarta, dengan menggunakan mesin tenun yang masih sangat tradisional dengan tenaga manusia, untuk sehelai kain bisa memakan waktu hingga enam bulan.

Alat penenun tradisional tersebut bernama gedog, sehingga kain tenun hasil buatannya sering disebut sebagai tenun gedog.

Kini ada alat tenun yang lebih modern, walaupun tetap dikerjakan dengan tenaga manusia, disebut Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). ATBM bisa menghasilkan sehelai kain tenun dalam satu hari.

Benny mengatakan, ATBM yang paling terkenal ialah yang berasal dari Kroso, salah satu daerah di Jawa Tengah. "Kroso membuat tenun dari seluruh daerah di Indonesia, kemudian dijual dengan harga lebih murah dari harga di tempat asalnya, karena buatnya lebih cepat," katanya.

Di Tuban, kata Benny, terdapat tenun yang unik, yaitu batik gedog. Disebut demikian karena proses pembuatan dilakukan 2 kali, yang pertama ditenun dengan menggunakan mesin gedog. Setelah jadi, dilanjutkan dengan membatik. Makanya disebut Batik Gedog.

Tenun memang sarat akan tradisional, termasuk dalam pembuatan bahan utamanya yaitu benang. Sebagian masyarakat tradisional pedesaan, masih membuat benang sendiri yang terbuat dari kapas, kemudian dipintal dengan alat pemintal benang. "Banyak juga yang pakai benang buatan pabrik, lebih mudah," ujar Benny.

Meskipun kini banyak pula kain tenun buatan pabrik dengan harga yang lebih murah, tetapi tenun tradisional asli buatan tangan memiliki kualitasnya sendiri dan tetap akan tetap diburu wisatawan walaupun dengan harga selangit.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com