JAKARTA, KOMPAS.com - Ada tiga danau Indonesia yang sangat potensial untuk mempromosikan danau sebagai destinasi wisata. Hal tersebut diungkapkan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar. "Ada tiga event besar yang sengaja dibuat untuk promosikan danau. Ketiganya itu Danau Toba, Danau Singkarak, dan Danau Sentani," tutur Sapta di Jakarta, Selasa (4/12/2012).
Menurut Sapta, untuk meminta daerah agar membangun danau yang dimilikinya sebagai destinasi wisata sangat susah. Oleh karena itu, pendekatannya adalah melalui pembuatan agenda wisata di danau tersebut.
"Seperti Danau Toba, ownership-nya ada di 12 kabupaten dan kota, perlu waktu untuk koordinasikan semua," ungkapnya.
Oleh karena itu, dengan pembuatan sebuah acara, lanjut Sapta, dapat membuat pemerintah daerah terpaksa bergerak. Hal tersebut akan memaksa semua pihak untuk berkoordinasi.
"Lain lagi dengan Danau Sentani. Kabupaten Sentani itu cerdik. Mereka buat Festival Danau Sentani dengan menyebutkanya sebagai pesta rakyat, tidak peduli dengan kunjungan wisman (wisatawan mancanegara). Setiap akan Festival Sentani, masyarakat setempat mempersiapkan diri untuk ikut Festival Danau Sentani," jelas Sapta.
Hasilnya, sebuah beragam atraksi budaya pun bermunculan. Bahkan, saat terakhir Sapta datang ke festival tersebut yaitu tiga tahun lalu, terjadi perputaran uang hingga sebesar Rp 2,1 miliar. "Saat saya datang, ada tarian menari di atas buaya. Ini tentu sangat menarik," katanya.
Pada akhirnya, segala atraksi budaya tersebut pun malah mampu menarik kunjungan wisman. Berbeda lagi dengan Danau Singkarak. Jika Danau Sentani menggunakan pendekatan budaya, maka Danau Singkarak melalui olahraga yaitu melalui ajang balap sepeda tingkat internasional, Tour de Singkarak.
"Pertama kali membuat Tour de Singkarak di tahun 2009 cuma diikuti 4 stage, yang nengok cuma 4 kabupaten dan kota. Tahun 2010 jadi 9 hari dan ada 10 kabupaten/kota yang terlibat. Ternyata masyarakat menyambut gegap gempita, malah ada bupati yang tanya kenapa tidak melewati daerahnya," kata Sapta.
Pada tahun 2012, Tour de Singkarak pun mampu melibatkan 14 kabupaten dan kota. Bahkan, lanjut Sapta, di tahun 2012, beberapa daerah mulai meminta menjadi titik start. Keberhasilan Tour de Singkarak tak hanya mengenalkan Sumatera Barat ke mata internasional, tetapi juga mampu mengkoordinasikan berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat.
"Untuk ukuran jumlahnya penonton balap sepeda, Tour de Singkarak di urutan kelima. Pertama Tour de France, lalu Giro a Italia, Vuelta a Espana, dan keempat The Santos Tour Down Under," ungkap Sapta.
Data tersebut ia dapatkan dari Robin Cassuto dari Amaury Sport Organization (ASO) Perancis. ASO juga merupakan penyelenggara dari Tour de France.
Selain ketiga danau ini, menurut Sapta, semua danau di Indonesia bisa dikembangkan untuk pariwisata.
"Di luar negeri, seperti danau di Swiss, ada hotel di tepi danau, menjual kamar berupa 'Lake View' (kamar menghadap ke danau), harganya sama mahal dengan kamar yang seperti 'Sea View' (kamar menghadap ke laut). Keindahan itu mahal, itulah pariwisata. Kita belum menghargai itu sebagai keindahan," kata Sapta.
Beragam aktivitas wisata, lanjut Sapta, bisa dijual sebagai paket wisata danau. Sebut saja seperti naik perahu, renang, memancing, bahkan sampai jet ski. Keunggulan lainnya adalah danau-danau di Indonesia memiliki ikan endemik.
"Sekitar danau juga umumnya tidak terlalu panas. Kalau yang tidak suka panas, di sekitar danau yang cenderung sejuk, itu cocok," tutur Sapta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.