Perjalanan kembali ke dermaga tempat kami berangkat tadi memakan waktu lebih cepat karena kami mengikuti arus sungai mengalir, sedangkan ketika berangkat waktu terasa lebih lama karena kapal kami harus melawan arus sungai sehingga jalannya pun lebih lambat.
Senja itu kami mengabadikan momen matahari terbenam yang begitu indahnya, dengan semburat warna jingga di langit biru. Ketika hari sudah gelap, tempat kami di lantai 2 kapal tidak ada pencahayaan sama sekali, sehingga kami hanya mengandalkan handphone masing-masing utk mendapatkan hiburan dan memutar lagu dari handphone untuk memecah kesunyian.
Beruntung malam itu langit cerah sehingga nampaklah bintang-bintang yang berkelap-kelip menemani sang bulan yang bersinar terang di malam gelap, tentunya dengan suara-suara khas malam dari jangkrik dan teman-temannya.
Angin malam berhembus lumayan kencang sehingga kami kedinginan namun tetap menikmati momen langka tersebut yang tentunya tidak akan kami dapatkan di Jakarta.
Sekitar jam 19.30 kapal merapat di dermaga dan kami pun langsung menuju mobil yang sudah menunggu.
Malam itu kami habiskan dengan bersantap malam di Kampung Lauk, sebuah tempat makan tradisional di pinggir Sungai Kahayan yang menyajikan makanan-makanan khas Kalimantan, yaitu hidangan ikan sungai dengan sayuran khas yang tidak kami temui di Jakarta. (Danawiryya Silaksanti)
Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.