Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terisolasi di Tengah Taman Kerinci Seblat

Kompas.com - 21/04/2013, 15:38 WIB

Selain itu, terdapat sejumlah sumber air panas yang bisa menyembur hingga setinggi 15 meter, seperti Grao Sakti dan Grao Matahari. Pada waktu tertentu, kita bisa meminta orang lokal bermantra untuk mengangkat semburan air panas. Antara percaya tidak percaya. Yang pasti, pemandangan ini sungguh memikat pendatang.

Pada 2004 pemerintah memasukkan wilayah Serampas sebagai zona inti TNKS. Sejumlah larangan menebang pohon dan membuka ladang baru diberlakukan. Namun, pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat terbilang minim.

Di Renah Kemumu yang memiliki penduduk lebih dari 500 jiwa tampak sepi saat kami berkunjung. Hanya tampak orang tua. Anak-anak muda umumnya disekolahkan dekat kota karena di desa itu hanya tersedia sekolah dasar. Tak hanya kondisi terisolasi, saat gempa bumi merusak hampir 100 rumah di Renah Kemumu, bantuan tak kunjung datang selama sepekan. Dana perbaikan rumah yang rusak sebagaimana yang dijanjikan pemerintah pun tak mengucur.

Walaupun menjadi bagian dari taman nasional, menurut Usman Ali, petugas Balai TNKS jarang memberdayakan masyarakat. Petugas datang hanya untuk memasang papan-papan larangan merusak hutan. ”Kami kurang mendapat perhatian dari pengelola taman nasional. Padahal, kami telah menjaga hutan secara turun-temurun. Lihatlah buktinya, kondisi hutan masih sangat bagus,” katanya.

Pemerintah pernah memberi bantuan pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) melalui program pembangunan dan konservasi terpadu (ICDP). Namun, bantuan tidak berlanjut saat PLTA rusak. Masyarakat berswadaya memperbaikinya.

Kepala Balai TNKS Arief Toengkagie mengaku tidak melarang masyarakat di desa-desa tua itu tinggal, tetapi melarang mereka menambah pembukaan lahan. Jumlah penduduk yang terus bertambah harus diatasi dengan membangun permukiman baru di luar hutan. ”Mau tak mau generasi-generasi muda menjalankan hidupnya di luar hutan karena jika tidak TNKS bisa habis,” ujarnya.

Menurut Arief, selama ini pihaknya membantu masyarakat dengan pemberian bibit tanaman kehutanan dan budidaya sapi. Pihaknya berharap ekonomi setempat terjaga tanpa merusak alam.

Pemberdayaan warga setempat tidak cukup dengan bantuan bibit pohon atau ternak. Warga juga membutuhkan ketersediaan jalan raya yang baik sehingga memudahkan mereka bermobilisasi, termasuk memasarkan hasil bumi. Pengabaian itu bisa menjadi malapetaka. (Irma Tambunan)

Ikuti Twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com