Pengusiran tersebut dilakukan karena di Desa Lebong Tandai akan dibuat pengolahan emas atau pemasakan emas karena dalam pengelolaan akan menimbulkan zat beracun. Setelah perusahaan Lusang Mining keluar tahun 1995, warga trans kembali masuk ke Desa Lebong Tandai. "Saat pengungsian warga dulunya, penduduk diberikan uang ganti rugi. Warga juga dibangunkan rumah di lokasi trans di beberapa desa," jelas Supandi.
Desa Lebong Tandai ini berada 500 meter dari permukaan laut, sebelah selatan berbatasan dengan Bukit Husin dan sebelah utara berbatasan dengan Bukit Baharu serta di kelilingi Bukit Kelumbuk dan Bukit Lebong Baru. Saat ini penduduk di desa tersebut sudah mencapai 230 KK atau sekitar 680 jiwa.
"Penduduk di sini cukup heterogen, ada suku Jawa, keturunan Tionghoa, Sunda, Batak, Padang, Rejang dan penduduk Pekal yang sejak awal mendiami wilayah itu," katanya.
Keindahan Alam
Keindahan Alam di Desa Batavia Kecil sangat menakjubkan. Seperti, Air Terjun DAM Belanda setinggi 25 meter yang terdapat ikan endemik Suku Pekal yaitu ikan kelari, air panas, napal petak atau napal keramik di Sungai Air Karang Sulu. Obyek wisata itu jika dikelola akan menjadi daya tarik tersendiri terlebih lagi sebagai sebagai ‘Wisata Tambang’ di Desa Lebong Tandai.
Di desa penghasil emas terbesar zaman dulu itu juga terdapat obyek wisata lainnya, seperti Gudang Ampas Emas peninggalan Belanda. Letaknya pun berada di tengah–tengah desa. Dengan kondisi bangunan masih terlihat kokoh, dan menjulang tinggi di tengah desa.
Tidak hanya itu, obyek wisata lainnya yang tersimpan di Batavia Kecil, juga terdapat Napal Basurat atau dinding Sungai yang bertulis huruf Arab yang terdapat di Air Suwo, lokasinya 5 km dari permikiman warga.
Desa Lebong Tandai juga banyak menyimpan peninggalan sejarah berupa, situs Kerajaan Batu di Lubuk Ilan yang berjarak 6 km dari pusat desa, Pemakaman Cina di Gunung Tinggi. Ada puluhan kuburan yang saat ini masih tertata rapi. Pemakaman tersebut merupakan pemakaman keluarga Chow Yung, yang terdapat 3 km dari pusat desa. Di lokasi tersebut terlihat adanya batu nisan nama-nama keluarga Chow Yung yang sempat berada di Desa Lebong Tandai.
"Ada puluhan kuburan orang Cina di sini (Gunung Tinggi), dan monumen ini dibuat oleh cucu Chow Yung yang berada di Desa Lebong Tandai. Pemakaman keluarga ini terus dirawat dan dijaga, makanya terlihat selalu bersih," kata pemuda Desa Lebong Tandai, Sumek.
Selain pemakamanan keluarga Chow Yung yang merupakan saudagar pada masa itu, di Desa Lebong Tandai juga terdapat makam para pahlawan. Lokasinya di Bukit Kelumbuk.
Di lembah Bukit Kelumbuk terdapat air terjun yang menurut cerita dijadikan tempat pemandian bidadari dan dewa. Warga setempat menyebutnya Air Terjun Pemandian Dewa, yang mana ketinggi air terjun tersebut mencapai 4 meter – 5 meter. "Setiap Hari Pahlawan, warga desa selalu membersihkan makam itu secara bersama,’’ jelas Kades Lebong Tandai, Kamarudin.
Yang tak kalah menarik adalah obyek wisata Tempat Pemandian Noni-Noni Belanda yang berada di ujung desa. Bahkan, mitos yang berkembang di desa setempat, jika ada pemuda-pemudi yang susah mendapatkan jodoh bisa mandi di lokasi tersebut bakal cepat dapat jodoh. Di desa tersebut, juga adanya pemakaman Belanda di Bukit Lebong Baru yang terdapat ratusan kuburan, Situs Peninggal Hindu abad ke 16 Masehi, dan Goa Walet peninggalan Belanda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.