Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasi Jagung, Botok Yuyu ala Pati

Kompas.com - 03/03/2014, 17:16 WIB
BERKUNJUNG ke Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tidak lengkap jika tidak menikmati nasi jagung botok yuyu. Yuyu atau kepiting air tawar itu menjanjikan sensasi rasa yang gurih dicecap.

Kuliner ndeso itu bisa diperoleh di Warung Nasi Jagung Botok Yuyu di Desa Tambahmulyo, Kecamatan Gabus. Warung milik Sukahar (33) itu berada di Jalan Gabus-Pati, Kilometer 1, yang berjarak sekitar 8 kilometer dari Terminal Induk Pati. Warung tersebut menyajikan menu utama nasi jagung dan botok yuyu. Menu-menu tambahannya antara lain peyek wader, sayur lompong, pepes keong sawah, pepes udang sungai, dan peso bungkus daun mengkudu.

Nasi jagung terbuat dari jagung yang ditumbuk atau digiling hingga menjadi tepung. Setelah dicuci, tepung jagung diberi sedikit air dan dikukus, kemudian ditaruh di atas tampah untuk diangin-anginkan sebentar. Begitu sudah tidak panas dan menggumpal, tepung itu diberi air lagi ditambah garam dan daun pandan secukupnya kemudian dikukus lagi. Garam dan daun pandan itu memberikan cita rasa gurih pada nasi jagung.

Menurut Sukahar, nasi jagungnya dibuat tanpa pengawet dan konon dipilih dari jagung-jagung yang ditanam secara organik.

Berdasarkan catatan Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java, jagung juga menjadi makanan penduduk Jawa, terutama di daerah-daerah padat penduduk yang produksi sawahnya tidak mencukupi. Di daerah-daerah itu jagung menjadi tanaman pengganti utama yang dimasak dengan cara direbus, dibakar, dan dibuat tepung.

”Penduduk yang mengonsumsi jagung pada umumnya adalah penduduk yang hidup di daerah pegunungan yang udaranya bersih sehingga tidak memengaruhi kesehatan mereka apabila tidak makan nasi,” tulis Raffles.

Yuyu sawah

Botok yuyu merupakan menu utama yang disandingkan dengan nasi jagung. Yuyu merupakan kepiting air tawar yang banyak diperoleh di sawah-sawah dan rawa-rawa di Pati. Masyarakat menyebut hewan berwarna cokelat kehitaman itu sebagai yuyu sawah (Parathelphusa convexa).

KOMPAS/ALBERTUS HENDRIYO WIDI Warung Nasi Jagung Botok Yuyu, Jalan Gabus-Pati Kilometer 1, Desa Tambahmulyo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Sukahar mendapatkan yuyu-yuyu itu dari para petani atau warga yang memanfaatkan waktu senggangnya mencari ikan, udang, dan yuyu di sawah dan rawa-rawa. Yuyu yang baru didapat itu tidak langsung diolah menjadi masakan, tetapi diinapkan dulu di kolam air tawar selama lebih kurang 2-3 hari. Tujuannya untuk mensterilkan yuyu dan mengurangi bau amis. Setelah itu, yuyu-yuyu itu dicuci, cangkang dibuka untuk diambil sari-sari dagingnya. Daging itu kemudian dimasak dengan bumbu botok mlanding (petai cina).

Berbungkus daun pisang, botok yuyu itu memiliki kekhasan, baik dari sisi tampilan maupun rasa. Di dalam botok terdapat potongan cangkang yuyu yang nikmat dicecap. Rasa sari-sari daging yuyu mirip rasa kepiting, berbaur dengan rasa gurih dan sedikit agak pedas.

Sukahar membuka warung kecil dari bambu di depan rumahnya pada 2005. Waktu itu modalnya Rp 1 juta. Seiring berjalannya waktu, pembeli dan pelanggan semakin banyak. ”Warung baru itu saya beri ikon warung abad XVI karena bernuansa pedesaan,” katanya. (HENDRIYO WIDI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com