Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pelayaran Effendy Soleman dari Bali ke Brunei Dibukukan

Kompas.com - 23/04/2014, 11:25 WIB
Nicky Aulia Widadio

Penulis


KOMPAS.com
– Effendy Soleman (62) telah membuktikan bahwa kapal tradisional Indonesia masih bisa berlayar jauh. Dari Bali hingga ke Brunei, Pendi, begitu ia akrab disapa, melakukan pelayaran tunggal menggunakan kapal tradisional jukung pada 2013 lalu.

Kisah pelayaran tunggal Pendi kemudian dituangkan ke dalam buku berjudul Jukung Lintas Nusa: Bali – Brunei 2013, Cerita Pelayaran Tunggal Effendy Soleman, ditulis oleh Heryus Saputro. Buku tersebut akan segera beredar pada 28 April 2014 nanti.

“Dalam buku ini pembaca tidak hanya menemukan kisah-kisah pribadi Effendy, namun juga informasi sosial dan budaya di sepanjang rute pelayarannya,” tutur Hery pada Selasa (22/4/2014) di Depok.

Sebagai contoh, di Tuban, masih terdapat kebiasaan masyarakat setempat yang mengonsumsi ampo, semacam steak yang terbuat dari tanah liat. Di Rembang, Jawa Tengah, terdapat situs kapal paling tua di nusantara yang tidak banyak diketahui orang-orang. “Selama pelayaran, Pendi juga memahami kawasan pesisir yang ia singgahi, baik dalam hal sosial maupun budaya,” ujar Hery.

Menurut Pendi, buku ini bisa menjadi salah satu sumber mengenai kebaharian Indonesia ketika kita cenderung hanya terperangah sekaligus kagum melihat kapal-kapal tangguh dan modern berseliweran bebas di laut nusantara. Kita bangga karena mampu membeli kapal buatan orang lain, untuk berlayar kemana-mana, tanpa berpikir lebih dalam bagaimana dulu nenek moyang kita membangun sendiri kapal-kapal tangguh untuk menjangkau belahan dunia.

KOMPAS.com/YOHANES KURNIA IRAWAN Effendi Soleman (kiri) dan mantan camat Paloh, Kabul Mulyono (kanan) berfoto bersama saat silaturahmi di kediaman Kabul Mulyono (6/9/2013).

Sempat Alami Berbagai Kendala

Selama empat bulan pelayaran, Pendi tidak hanya melihat nyatanya keindahan bahari Indonesia dan mempelajari keragaman budaya di daerah-daerah yang ia singgahi, namun juga kejadian buruk seperti hampir tenggelam di lautan, hingga terserang penyakit yang sempat menghambat pelayarannya.

“Saat di Bondowoso, perahu saya pernah hampir tenggelam karena bocor. Saat di Belitung, saya sempat sakit malaria dan dianjurkan dokter untuk kembali ke Jakarta. Begitu juga saat di Pontianak, saya sakit dan harus kembali lagi ke Jakarta,” kenang Pendi.

Selama di perjalanan pun banyak orang yang tidak percaya bahwa kapal kecil jukung lah yang menjadi temannya melintasi samudra. “Mereka pikir saya bule nyasar yang menggunakan kapal besar, lalu turun menggunakan kapal kecil ke daratan,” ceritanya.

Tidak hanya itu, Pendi juga bercerita bahwa dirinya pernah dicurigai sebagai mata-mata oleh pihak Malaysia. "Karena selama di Pontianak saya ke mana-mana menggunakan kendaraan Angkatan Laut, jadi mereka pikir saya adalah mata-mata sehingga masalah perizinan saat masuk Malaysia dipersulit," ujar Pendi. Meski begitu, pada akhirnya Pendi mampu menyelesaikan pelayarannya hingga ke Brunei.

Kini, perahu jukung yang digunakan Effendy untuk pelayarannya ditinggalkan di Brunei Darussalam sebagai kenang-kenangan. Menjadi bukti bahwa pernah ada kapal tradisional Indonesia yang mampu berlayar hingga ke sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Travel Update
Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Travel Update
Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Jalan Jalan
Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Travel Update
Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

Jalan Jalan
5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

Travel Update
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Travel Update
Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Jalan Jalan
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Jalan Jalan
KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

Travel Update
Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Travel Update
5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com