Tak hanya tahu, tempe yang memiliki cita rasa sama, yakni lezat dan gurih juga digemari konsumennya. Dengan harga jual Rp 3.000 per potong tahu atau tempe, ia hanya menghabiskan waktu berjualan sekitar lima jam saja, yakni mulai pukul enam hingga sebelas siang.
Tak hanya warga Bireuen, pesanan juga mngalir dari kabupaten/kota tetangga yakni Lhokseumawe, Sigli hingga Banda Aceh. ”Biasanya dikirim buat anak yang kuliah ke Banda jadi dipesan banyak untuk beberapa hari,” sebut Amoy seraya menyebutkan tahu miliknya bisa tahan hingga beberapa hari jika disimpan di kulkas.
Kelebihan lain dari tahu dan tempe yang dia olah adalah menggunakan kedelai kualitas tinggi sehingga tidak berasa asam atau apek. Jika dibanding tahu atau tempe yang dijual bebas di pasaran, tahu milik Amoy lembut dan empuk walau diolah berbagai macam.
Selain tahu dan tempe, Amoy juga menyediakan tauge dan air tahu sebagai pelengkap. Kedua jenis dagangan itu juga tak kalah laris manisnya diburu konsumen. Bagi Amoy, dia cukup senang bisa berjualan di pasar dan berinteraksi dengan seluruh pedagang warga Aceh. ”Puluhan tahun saya sudah berjualan dari orang tua saya dulu jadi tak ingin rasanya saya meninggalkan profesi ini,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.