Kompas.com, Jumat (26/12/2014) dan Minggu (28/12/2014) menyusuri keunikan alam yang masih diwariskan leluhur dari berbagai suku di dua desa tersebut. Dua Desa itu adalah Desa Ranakolong dan Desa Mbengan.
Pertama-tama, Kompas.com mengumpulkan berbagai cerita lisan dari warga masyarakat tentang keunikan alam di kawasan hutan tutupan tersebut. Sambil menghabiskan masa liburan bersama dengan keluarga untuk merayakan Natal dan Tahun Baru. Saya meluangkan waktu untuk menikmati angin segar di hutan serta mengabadikan keunikan alam di Hutan Mbengan, Suka dan Ndolu.
Pada hari Jumat (26/12/2014) di sela-sela ritual adat untuk mensyukuri kelahiran anak, saya bersama dengan seorang guru Sekolah Dasar, Fransiskus Fulla dan warga Desa Ranakolong, Basilius Simus dan anaknya, Arin sebagai penunjuk jalan ke bekas kampung Tua dari Suku Suka di Pong Suka.
Berangkat dari rumah Fransiskus Ndolu melintasi Kantor Desa Ranakolong dan melewati perkebunan warga dengan berbagai jenis tanaman holtikultura, seperti kakao, cengkeh, kemiri, bahkan tanaman jagung sedang bertumbuh. Kami melintasi pinggiran hutan untuk menuju ke tempat Batu Megalitik yang diakui sebagai Compang Suku Suka pada zaman dahulu. Batu bulat yang sangat besar sebagai tempat persembahan dari Suku Suka kepada leluhur pada zaman dulu. Bahkan, Pong Suka atau Hutan Suka sebagai kampung pertama dari Suku Suka.
“Saya selalu mendengarkan cerita dan kisah dari leluhur dan orangtua serta warga Suku Suka tentang Pong Suka sebagai kampung pertama dari Suku Suka. Dalam cerita lisan yang terus dituturkan tentang Pong Suka dengan berbagai bukti sejarah di dalamnya. Bukti sejarah yang kuat adalah Watu Compang atau batu berbentuk bulat sebagai tempat persembahan kepada leluhur serta pohon beringin Raksasa. Nenek moyang orang Manggarai Raya selalu menanam pohon beringin sebagai bukti sejarah,” jelasnya.
Watu Compang Pong Suka
Warga Suku Suka selalu mengenal dan mengetahui Watu Compang atau Batu Compang berbentuk bulat besar sebagai tempat persembahan sesajian kepada leluhur. Ribuan tahun silam, leluhur warga Suka mampu membuat Compang dengan batu-batu besar.
Namun, sebagaimana dilihat langsung oleh Kompas.com, batu itu sudah ditutupi berbagai tumbuh-tumbuhan serta daun-daun dari pohon-pohon disekitarnya sehingga tidak terawat dengan baik. Kalau tidak diperhatikan maka bukti sejarah itu akan hilang bersama dengan waktu.
Selain itu, ada pohon beringin raksasa yang tumbuh disekitar Batu Compang itu. Itu membuktikan bahwa pada zaman dulu ada perkampungan di tempat tersebut. Selain ada mata air sebagai tempat warga Suku Suka menimba air. Sampai sekarang mata air itu masih mengalir.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.