Berawal dari penasaran atas berbagai cerita lisan tentang keunikan alam serta batu berbentuk perahu, berbentuk kuali serta berbagai jenis burung di kawasan itu, lalu ditemani berbagai tokoh masyarakat mulai menyusuri kawasan tersebut.
Pertama kali berangkat dari Kampung Mesi menyisiri Pong Suka atau Hutan Suka dan melintasi perkebunan masyarakat dan menyeberangi sebuah kali. Lalu, berjalan menanjak menuju ke Watu Waka. "Waka" dalam bahasa Kolor adalah "perahu". "Watu Waka" adalah "batu berbentuk perahu". Unik kan....
Watu Waka di kawasan Hutan Mbengan
Kami sangat terkejut dengan bentuk batu yang persis seperti perahu. Batu hanya ditahan oleh sebuah pohon. Watu Waka selalu dikisahkan warga Desa Ranakolong dan Desa Mbengan sebagai batu berbentuk perahu.
Aleksius Jala, tokoh masyarakat Desa Ranakolong mengatakan, warga Desa Ranakolong dan Mbengan sudah mengenal Watu Waka sebagai batu perahu.
“Saya selalu mendengar cerita tentang Watu Waka dari orangtua. Hanya saya tidak tahu bagaimana awal batu ini berbentuk Perahu. Mungkin leluhur memahat batu ini seperti perahu. Batu ini tidak pernah runtuh walaupun ada gempa bumi,” jelasnya.
Pong Ndolu
Pong Ndolu atau Hutan Ndolu tak kalah dengan potensi Pong Mbengan dan Pong Suka. Pong Ndolu merupakan perkampungan tua dari Suku Ndolu. Apa yang menarik di Pong Ndolu? Di tengah tutupan itu, ada batu berbentuk Kuali. Diakui bahwa batu itu sebagai tempat masak para leluhur di zaman dulu apabila memasak daging. Bukti lain sebagai perkampungan tua adalah pohon beringin raksasa di kampung tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.