Namanya Bukit Ziarah Oebelo di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Posisinya sekitar 20 kilometer sebelah timur Kota Kupang. Meskipun masih jarang, kawasan seluas 5 hektar itu kini ditumbuhi aneka pohon penghijauan yang sengaja ditanam, seperti mahoni, trembesi, mangga, kelapa, dan sawo. Jenis pohon itu diselipkan di antara berbagai jenis pohon endemik khas daerah tropis, seperti lontar, gewang, kesambi, asam, bidara, dan johar.
Memasuki kawasan, tak diganggu ingar-bingar mesin kendaraan. Seluruh kendaraan pengunjung berhenti di kaki bukit. Selanjutnya melalui jalan agak menanjak, pengunjung hanya dibolehkan berjalan kaki. Awalnya melalui jalan tunggal hingga depan patung Bunda Maria. Selanjutnya, jalan bercabang dua. Pengunjung tinggal memilih, melanjutkan melalui jalan berlapiskan paving block atau jalan berlapiskan susunan batu pecah konstruksi telford.
Sebagaimana dijelaskan Pastor Selestinus Panggara CMF, tuan rumah Taman Ziarah Oebelo, Sabtu (2/5), khusus bagi peziarah umat Katolik menapaki jaringan jalan itu sesungguhnya bermakna meniti berbagai peristiwa terkait perjalanan hidup Yesus Kristus. Bagi mereka yang memilih menapaki jaringan jalan paving block, berarti dalam doanya mendaraskan lima peristiwa gembira dan lima peristiwa mulia.
Sebaliknya bagi peziarah Katolik yang memilih jalan telford, mereka wajib mendaraskan lima peristiwa sedih dan lima peristiwa terang. Apakah melalui jaringan jalan paving block atau telford, masing-masing melewati 10 stasi sebagai titik persinggahan ziarah sebelum akhirnya mencapai Kapela John Paul II di puncak bukit.
Selestinus Panggara membenarkan bahwa Taman Ziarah Oebelo tidak hanya bagi umat Katolik. Taman itu juga terbuka bagi masyarakat umum, karena kegiatan berziarah itu intinya melakukan pencerahan jiwa.
Pengunjung masyarakat umum pun bebas memilih melalui jalan paving block atau telford. Jika memilih jalan paving block, bisa diinterpretasikan pengunjung bersangkutan mungkin sedang melakukan pencerahan jiwa melalui peristiwa gembira atau bersenang-senang. Sebaliknya, jalan telford adalah pencerahan jiwa melalui peristiwa sedih atau duka hingga berujung terang.
Bukit Ziarah Oebelo yang kini berubah apik, sepenuhnya berkat dukungan dan penataan yang melibatkan berbagai pihak di bawah panduan Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang. Ia mengakui bahwa pembangunan taman ziarah itu sama sekali tidak mengandalkan kekuatan material. Kekuatan utamanya pada hati semua umat atau masyarakat.
Sebelum mengakhiri perayaan misa yang dipimpinnya di Kapela John Paul II, Jumat (1/5), Uskup Petrus Turang cenderung menyebut Bukit Oebelo sebagai taman ziarah, bukan taman doa.
Alasannya, kawasan seluas 5 hektar sumbangan dari Yoseph Sulaiman itu memang khusus ditata sebagai tempat berziarah. Kegiatan itu bermakna melakukan refleksi terkait berbagai pergumulan yang pernah dilaluinya, apakah berbentuk keprihatinan, kesusahan, kegembiraan, atau kerendahan hati. Itu berarti, Bukit Oebelo tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga terbuka bagi siapa pun yang ingin merefleksikan rentangan perjalanan hidupnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.