Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Sisi Senoa

Kompas.com - 10/10/2015, 10:07 WIB
DENGAN lebih dari 13.600 pulau, Indonesia menawarkan pilihan wisata sangat banyak. Salah satunya adalah Senoa, terletak di ujung utara Kepulauan Riau. Pulau yang lebih dekat ke Ho Chi Min City, Vietnam, daripada Jakarta itu menawarkan pemandangan kontras.

Di satu sisi, Senoa dipagari granit dan karang hitam. Barisan batu menjulang hingga enam meter. Setiap musim utara, pagar alami itu melindungi Senoa dari hantaman ombak hingga tiga meter yang bergerak dari Laut Tiongkok Selatan. Di musim selatan, laut di depan pagar itu setenang permukaan telaga.

Mereka yang ingin mencoba aliran deras adrenalin dapat mencoba berenang di sisi yang dilindungi batu. Senoa salah satu pulau terdepan Indonesia. Tak ada daratan lain milik Indonesia setelah Senoa. Dari ujung fondasi barisan batu pulau itu, perbatasan Indonesia-Malaysia diukur.

Di sisi lain pulau, pasir putih dengan air sebening kristal menyambut gelombang pelan yang memantul dari Pulau Bunguran, pulau terbesar di Natuna. Di tempat pertemuan sisi berpasir dan berbatu, ada laguna dangkal dengan pantai melengkung. Separuh pantai dilapisi pasir, separuh lagi bertabur batu.

Ada satu rumah panggung dan satu balai di sisi itu. Namun, pelancong lebih suka berteduh di antara pohon-pohon. ”Lebih sejuk dibandingkan dengan berteduh di bawah atap balai,” ujar Riki, pelancong.

Sebagian pelancong lebih suka duduk-duduk di bawah pohon sambil menyantap aneka makanan yang dibawa dari Bunguran. Sebagian lagi sengaja membakar ikan di antara pepohonan dan pantai.

Ikan bisa juga diperoleh dari memancing. Laut Natuna tersohor sebagai perairan yang kaya akan ikan. Buktinya, sudah ribuan nelayan asing ditangkap saat menjarah ikan di Laut Natuna.

Pemancing bisa menarik joran di antara Bunguran dan Senoa. Bisa pula berlayar lebih ke utara, lalu kembali ke Senoa. Ada ranting-ranting di tanah yang bisa dijadikan kayu bakar.

Harum ikan bakar, angin semilir di bawah pohon rindang, suara aneka serangga yang bersaing dengan deburan alun di pantai adalah perpaduan pengalaman yang menanti di Senoa.

Apabila tidak suka memancing dan tetap ingin makan ikan, dapat membeli di dermaga tempat berangkat dari Bunguran. Aneka ikan dijual antara Rp 15.000 dan Rp 40.000 per ekor. Setiap ekor paling ringan seberat satu kilogram. Tentu saja masih segar apabila dibeli pada pagi hari, saat nelayan baru kembali dari melaut.

Kapal karam

Tak hanya memancing dan leha-leha bisa dilakukan di Senoa. Penyuka fotografi dan selam, baik perairan dalam maupun dangkal, akan merasakan tidak cukup sehari apabila bertandang ke Senoa.

Selam bisa dilakukan di antara pelayaran dari Bunguran ke Senoa, atau di sisi-sisi Senoa. Godaan menyelam sudah muncul saat perahu baru meninggalkan dermaga di Bunguran.

Dari perahu yang mengapung di permukaan laut bening, aneka terumbu karang dan ikan terlihat jelas. Dasar laut hingga kedalaman tiga meter terlihat dari perahu. Hasrat untuk menyelam atau sekadar berenang harus ditahan kuat-kuat selama perahu berlayar.

Untuk peselam, tunggulah paling tidak 30 menit setelah perahu meninggalkan Bunguran. Banyak titik menyelam di lokasi itu. Bisa memilih menyelam di antara terumbu karang, dapat pula di antara kapal-kapal karam. Perairan Natuna adalah salah satu tempat kapal-kapal masa lalu yang karam. Sejak ribuan tahun lalu, Natuna termasuk jalur pelayaran antarbangsa. Sebagian kapal karam di sekitar Natuna.

”Saya beberapa kali mengantar arkeolog dan kelompok pelancong menyelam di sekitar kapal karam,” ujar Zaharuddin, pelaku pariwisata Natuna.

Sebagian orang meneliti barang muatan kapal tenggelam (BMKT), sebagian lagi hanya menyelam dan berfoto-foto. Penyuka fotografi dapat merekam aneka hal di bawah permukaan laut, di laut, dan di daratan.

Sejak mulai berlayar hingga tiba di Senoa, ada banyak hal yang dapat direkam. Apabila suka merekam dari ketinggian, naiklah ke mercusuar yang sudah bertahun-tahun diabaikan. Namun, harus berhati-hati karena beberapa tangga hancur oleh karat.

Ada banyak tempat lain untuk merekam panorama Senoa. Bahkan, di bulan-bulan tertentu, penyu singgah lalu bertelur di sana. Siapkan baterai, media penyimpan, lensa, dan filter yang cukup agar tidak menyesal karena tidak merekam salah satu pemandangan di Senoa.

Perjalanan

Semua pengalaman itu dapat dimulai dengan terbang ke Batam atau Tanjung Pinang di Kepulauan Riau, atau Pontianak di Kalimantan Barat. Dari Batam, kecuali hari Minggu, ada penerbangan ke Ranai, ibu kota Natuna, yang terletak di Bunguran. Dari Tanjung Pinang, ada kapal singgah di Bunguran setiap 10 hari sekali. Siapkan bekal dan fisik untuk dua hari pelayaran dari Tanjung Pinang ke Bunguran.

Sementara dari Pontianak, harus menempuh perjalanan delapan jam ke Sintete, lalu naik kapal sedikitnya selama 36 jam perjalanan ke Bunguran. Anggaplah sebagai kesempatan menikmati nuansa liburan yang benar-benar baru.

Apabila sudah sampai Bunguran, pergilah ke Desa Sepempang. Di desa tersebut ada banyak perahu yang dapat disewa menuju Senoa. Pada akhir pekan, perahu bisa disewa bersama-sama dengan penumpang lain. Di hari lain, harus menyewa sendiri. Perahu dapat mengangkut hingga 15 orang, ditambah muatan lain.

Tarif sewa perahu rata-rata Rp 300.000 per hari dan dapat dipakai dari pagi sampai malam. Rute pelayaran bebas, selama tidak lebih dari satu mil di sisi terluar Senoa. (Kris R Mada)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Oktober 2015, di halaman 22 dengan judul "Dua Sisi Senoa".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com