Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eka Suryarahman, Wisata Gratis untuk Pendidikan

Kompas.com - 18/10/2015, 16:33 WIB
Ia punya perhatian besar terhadap masa depan pendidikan anak-anak di kampungnya, Dusun Gubuk Baru, Desa Sokong, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Ia pun rela menampung dan menyediakan makan-minum gratis bagi para wisatawan asing di rumahnya, sekaligus menjadi pemandu mereka berwisata keliling kampung. Harapannya cuma satu, para wisatawan mengajar 15 anak yang diasuhnya dalam Rumah Belajar.

Sebelum saya pulang kampung, saya punya angan-angan berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk anak-anak di kampung,” kata Eka Suryarahman (28).

Kondisi anak-anak di kampungnya terus mengganggu pikiran Eka saat kuliah jenjang S-1 dan S-2 di Yogyakarta. Mereka kebanyakan dari keluarga miskin, ada yang orangtuanya bercerai atau sebagai tenaga kerja Indonesia di Malaysia dan Arab Saudi.

Karena minim pendampingan, mereka acap kali bikin ulah, seperti mencuri ayam dan telepon seluler, selain menghabiskan waktunya bermain sepulang sekolah.

Eka ingin mengikis perbuatan kriminal anak-anak itu lewat pendidikan nonformal. Ia mendirikan kelas inspirasi, yang kemudian didukung oleh teman-temannya yang punya ide dan visi sama. Ia pun ”memburu” siswa dengan cara mengundang anak-anak ke rumahnya untuk membaca atau meminjamkan buku bacaan seperti cerita komik.

Setelah terhimpun 15 anak, pada November 2014 Eka mulai mewujudkan keinginannya. Ia bertindak sebagai guru dan mengajari mereka bahasa Inggris tiap hari Jumat.

”Saya senang bahasa Inggris dan saya ingin menularkan kemampuan itu kepada anak-anak. Siapa tahu setelah bisa berbahasa Inggris, mereka bisa jadi guide, he-he-he,” begitu pertimbangan Eka mengajari anak asuhnya bahasa Inggris.

Kendati tempat belajarnya biasa di berugak (bale-bale) di depan rumahnya, Eka juga membawa anak asuhnya ke sawah dan kebun. Tujuannya adalah bermain sambil belajar tentang jenis dan warna tanaman yang ditanam di sawah, jenis ternak yang dipakai membajak para petani, serta melihat dan mengetahui fungsi sarana-prasarana irigasi bagi kehidupan tanaman di sawah.

Eka menggunakan media sosial untuk memublikasikan kegiatannya ke couchsurfing.com, sebuah aplikasi yang akrab bagi para pelancong (traveler) dunia. Di situs itu Eka menyebutkan identitas diri dan kebiasaan intern keluarganya, seperti ”Kami keluarga yang taat beragama. Orangtua kami bangun saat waktu shalat Subuh”, selain kebiasaan masyarakat di sana.

Kebiasaan-kebiasaan itu memang sengaja disampaikan Eka. Ia mempertimbangkan akan menampung para wisatawan mancanegara menginap di rumahnya.

Ia juga menyampaikan kehidupan lokal masyarakat yang ingin diketahui para wisatawan itu. Atas izin orangtuanya, Eka kemudian memodifikasi kamar tidur yang terpisah dari bangunaan induk rumahnya, berukuran 4 meter x 4 meter untuk tamunya.

Kuliner lokal

Para wisatawan asing ini tidak dipungut biaya. Mereka gratis makan-minum kuliner lokal, seperti sayur bening kelor, bayam, terasi, dan terung. Mereka hanya diminta mengajar yang sederhana kepada anak asuh Eka, seperti kata atas-bawah, kiri-kanan, dan warna dalam bahasa Inggris, Jerman, atau Brasil. Malah wisatawan Jepang mengajari anak-anak asuhnya origami.

Para wisatawan asing tersebut terkadang diajak keliling belajar ke sekolah-sekolah dasar untuk mengajar hal-hal yang sederhana. Mereka juga diminta mengajar siswa-siswa pendidikan anak usia dini dan siswa Sekolah Alam yang diasuh Klub Baca Perempuan Desa Prawira, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara.

Eka juga menjadi pemandu bagi tamunya berwisata keliling kampung atau ke lokasi budidaya lebah madu yang dilakukan masyarakat. Sedikitnya 20 wisatawan sudah ditampung Eka. Mereka dari AS, Jerman, Inggris, Italia, Brasil, dan Jepang.

Lama tinggal mereka adalah tiga hingga empat hari, bahkan wisatawan Jerman betah, hingga tiga minggu.

Untuk membiayai makan-minum para tamunya, Eka yang pernah menjadi sopir travel ini menyisihkan upahnya membantu warga yang ingin dibuatkan situs web. Ia juga konsultan tata ruang di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Lombok Utara.

Mengaku senang dan ikhlas sebagai freelance teacher, Eka punya pengalaman ”tidak enak” dengan penjual kerupuk. Waktu itu ia menemani wisatawan asal Kanada yang ingin membeli kerupuk tersebut.

Eka lalu mengatakan, harga kerupuk itu Rp 2.000 per bungkus ke tamunya meski si pedagang mengatakan Rp 1.000. Niat Eka menaikkan harga agar pedagang dapat untung Rp 1.000. Namun, justru pedagang itu mengomel dan membuang uang tersebut.

”Teman saya nanya, kenapa uang itu dibuang, saya ngeles aja, uang yang kamu kasih sudah lusuh, dia maunya duit yang baru,” ujar Eka.

Pedagang itu mengomel dan membuang uang karena berharap diberi Rp 20.000 atau Rp 50.000 untuk kerupuknya. Warga beranggapan, wisatawan asing punya uang banyak dan pemurah.

Padahal, menurut Eka, tak sepenuhnya demikian. Pengalaman ini menjadi pembelajaran, juga untuk warga di kampungnya sehingga bisa menerima kehadiran wisatawan asing yang bekalnya kerap pas-pasan. (KHAERUL ANWAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

Jalan Jalan
5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

Travel Update
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Travel Update
Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Jalan Jalan
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Jalan Jalan
KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

Travel Update
Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Travel Update
5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

Hotel Story
Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

Travel Update
Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Travel Update
Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Travel Tips
Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com