Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersepeda di Kaki Langit Himalaya - 4

Kompas.com - 01/11/2015, 09:08 WIB
Wartawan Warta Kota, Max Agung Pribadi melakukan penjelajahan bersepeda seorang diri ke kawasan Pegunungan Himalaya di India pada 28 September-17 Oktober 2015.

Berikut seri ke-4 laporannya yang disajikan dalam 10 tulisan.

*****

LEGA karena sudah mendapatkan spiritus, sepeda kupacu menyusuri jalan besar menuju Danau Dal yang terkenal itu, sekaligus mencari penginapan.

Senja sudah tiba saat aku duduk di pinggiran danau. Sinar mentari keemasan jatuh di permukaan danau  menimbulkan kilatan-kilatan cemerlang di riaknya.

Indah suasana sore itu agak terganggu dengan teriakan-teriakan calo kamar yang menawarkan houseboat atau penginapan di atas perahu yang khas serta klakson mobil yang terus berisik.

Penduduk sekitar danau memang hidup di atas perahu-perahu besar yang sebagian kamarnya dijadikan penginapan.

Aku tak berminat merasakan atraksi turis itu karena membawa sepeda penuh barang dan memilih mencari penginapan murah di kawasan Khowlon Chok.

Sebuah penginapan sederhana di pinggir danau kecil dengan tarif 400 rupee menjadi tempat istirahat yang nyaman untuk menyiapkan perjalanan esok hari.

MAX AGUNG PRIBADI Di pinggiran danau kecil di Srinagar, India. Houseboat yang disewakan untuk penginapan menjadi salah satu mata pencarian penduduk Srinagar.
Rata-rata penginapan di India dilengkapi keran air hangat. Apalagi di daerah dingin seperti Srinagar dengan suhu menjelang musim dingin ini rata-rata 10 derajat Celcius.

Di penginapan kukerjakan penyambungan kabel adaptor untuk dinamo yang ada di hub roda depan. Dinamo itu menjadi sumber kelistrikan selama di jalan, terutama berguna untuk mengisi ulang baterai kamera.

Adaptor itu dibuatkan khusus oleh Hari Santosa, seorang pesepeda yang juga ahli elektronik dan tinggal di Pekanbaru.

Mengetahui rencana perjalananku dan kesulitan akan sumber listrik, ia berinisiatif membantu dengan membuatkan adaptor ini dan mengirimkannya ke Jakarta kurang dari seminggu menjelang keberangkatan.

Begitulah banyak teman yang membantuku dengan caranya masing-masing untuk mempersiapkan penjelajahan ini. Kupikir memang inilah cara Tuhan memberikan jalan agar aku bisa jalan terus.

Banyak kebetulan yang bukan kebetulan kualami selama persiapan dan penjelajahan di lapangan. Adaptor bekerja sesuai yang diharapkan dan satu lagi masalah terpecahkan dengan sendirinya.

MAX AGUNG PRIBADI Lembah Sungai Sind di India.
Aku tak sempat menukar uang lokal sementara esok aku akan jalan sepagi mungkin. Si pemilik penginapan lalu menawarkan diri untuk menukar uang dollar AS dengan rupee.

Ia pergi sebentar dan kembali membawa sejumlah uang. Setelah transaksi selesai, barulah ia meminta komisi 50 rupee. Hmm, dari situ aku tahu harus tegas dan jelas dalam bertransaksi dengan orang India.

Diperas penjaga

Keesokan harinya, pagi betul saat kabut masih tebal dan Srinagar belum bangun, aku sudah siap di atas sadel.

Beban 35 kilogram yang sudah tertata rapi di dalam pannier membuat sepeda terasa stabil. Aku langsung meluncur menuju Sonamarg sejauh 90 kilometer.

Jalan aspal mulus menanjak landai. Srinagar masih terlelap. Di India, kegiatan masyarakat umumnya dimulai pukul 10.00. Anak sekolah, pegawai, dan pekerja baru terlihat ramai di jalan-jalan mulai pukul 09.00.

Mengenakan baju hangat yang ditutup rapat-rapat mereka menanti bus di pinggir jalan atau berjalan kaki dengan langkah cepat dan panjang-panjang.

Awal perjalanan mengayuh sepeda ini kugunakan untuk menyesuaikan diri dengan sepeda yang penuh beban, lingkungan, sekaligus aklimatisasi.

Proses ini sangat menentukan langkah selanjutnya karena akan terlihat apakah tubuhku bisa beradaptasi atau tidak.

MAX AGUNG PRIBADI Sonamarg di India, keindahannya melegenda dan tak heran kalau dijuluki Swiss-nya Asia.
Belakangan aku bersyukur sekali karena nyaris tak ada hambatan berarti dari segi kesehatan selama perjalanan. Tubuhku tidak rewel menghadapi ketinggian dan cuaca ekstrem.

Hari sudah remang-remang saat aku mencapai Sonamarg, desa peristirahatan di kaki Pegunungan Himalaya yang sering dijuluki Swiss-nya Asia.

Pemandangan seputar Sonamarg memang menakjubkan. Deretan pegunungan yang puncaknya bersalju memagari lembah besar yang lerengnya ditumbuhi cemara dan di dasarnya mengalir Sungai Sind yang airnya jernih membiru.

Aku terus berjalan mencari camping ground atau penginapan murah di pinggiran desa. Orang-orang menyarankan aku ke penginapan karena beberapa hari terakhir ada dua ekor beruang turun gunung dan sempat menerkam seekor domba milik penduduk.

Mungkin menjelang musim dingin, beruang nyasar itu mau makan sebanyak-banyaknya sebelum hibernasi.

Amaya dan Erik, pasangan pesepeda AS yang berpapasan denganku di Gund, sekitar 30 kilometer sebelum Sonamarg, memang sempat mengingatkan hal ini.

Bahkan mereka mengaku melihat sendiri seekor beruang yang besarnya melebihi tubuh orang dewasa datang ke area camping dan mengacak-acak makanan milik salah satu pengunjung yang berkemah. Pengunjung itu akhirnya tidak jadi berkemah dan numpang menginap di rumah penduduk.

Kedua pesepeda yang baru saja menuntaskan perjalanan bersepeda sebulan di Indonesia itu juga mengingatkanku soal jalur yang akan kulalui.

Mereka menilai pilihan waktuku agak terlambat karena salju sudah mulai turun menutupi puncak-puncak tinggi di jalur tersebut.

Peringatan ini ditambah dari sejumlah orang lain nantinya akan mempengaruhi rencana perjalananku, termasuk mengubah sejumlah skenario yang kususun. (Bersambung...)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com