Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuh Bangun Candi Borobudur Menuju Destinasi Wisata Dunia

Kompas.com - 22/02/2016, 16:07 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

Penerbangan langsung tersebut misalnya dari Kamboja ke Indonesia, Laos ke Indonesia, dan negara-negara lain yang memiliki jejak peradaban Buddha. Pitana mengatakan wisatawan mancanegara (wisman) tersebut bisa-bisa pada akhirnya jadi kesulitan menjangkau Indonesia.

Tentunya kendala-kendala tersebut mesti diatasi demi promosi "Trail of Civilization" yang dapat meningkatkan kunjungan wisman. Arief mengatakan langkah pasti menghadapi kendala tersebut adalah dalam waktu dekat akan menyediakan terlebih dahulu penerbangan langsung ke Bandara Adi Soemarmo.

Sementara, untuk jangka panjang, pihaknya menunggu Bandara Kulon Progo diresmikan untuk dapat membawa wisman lebih banyak.

Kendala banyaknya manajemen di Candi Borobudur, Arief telah menargetkan terbentuknya manajemen pengelolaan tunggal bernama Badan Otoritas Candi Borobudur.

Pembentukan ini sebagai upaya mewujudkan Candi Borobudur sebagai destinasi utama bertaraf internasional sebagaimana telah ditetapkan Presiden Joko Widodo di Borobudur Magelang, Jumat (29/1/2019) petang.

"Dengan Badan Otoritas Borobudur ini maka pengelolaan Candi Borobudur akan dikelola secara terintegrasi, pertanggungjawabannya langsung kepada Presiden," kata Arief, usai rapat terbatas dengan sejumlah menteri terkait dan Presiden Joko Widodo di Hotel Manohara, komplek Taman Wisata Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (29/1/2016) petang.

(Baca juga: Presiden Bentuk Badan Otoritas Khusus untuk Kelola Candi Borobudur)

Dijelaskan, Badan Otoritas Borobudur yang ditargetkan jadi pada triwulan pertama 2016 ini akan bekerja di bawah koordinasi Menteri Koordinator Kemaritiman. Sedang Ketua pelaksananya oleh Menteri Pariwisata.

Menurut Arief, lembaga semacam ini telah diterapkan Kamboja dalam pengelolaan situs Angkor Wat. Hal yang sama juga dipakai oleh Malaysia, Spanyol dan negara-negara lain yang memiliki cagar budaya dunia.

Menurutnya, Candi Borobudur telah diakui di dunia sebagai candi terbesar dan tertua. Bahkan, pengakuan tersebut telah dikeluarkan oleh organisasi kebudayaan dari Perserikatan Bangsa-bangsa yakni UNESCO. Tentunya, dengan daya tarik tersebut, wisman tertarik untuk datang.

Dalam kaitan dengan paket wisata "Trail of Civilization", Indonesia memiliki daya tarik wisata religi Buddha yang begitu banyak. Beragam situs-situs arkeologi di Jambi, candi-candi Buddha, Patung Buddha Tidur, dan wihara-wihara bisa menjadi magnet bagi para wisatawan yang ingin menelusuri jejak-jejak peradaban Buddha.

Ketua Umum Asosisasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Asnawi Bahar menuturkan pasar paket wisata Trail of Civilization merupakan umat Buddha.

(Baca juga: "Trail of Civilization", Asita Unggulkan Candi Borobudur)

"Ini khususnya untuk menarik kunjungan wisatawan Buddha. Walaupun non Buddha bisa ikut juga nanti ikut," jelasnya saat dihubungi KompasTravel di Jakarta, Minggu (31/1/2016).

Ia mengatakan jika paket wisata "Trail of Civilization" ini bisa dijual dan mengalami kesuksesan, jumlah kunjungan wisatawan sekitar 10 persen dari target kunjungan wisatawan tahun 2015. Berarti, jumlah wisatawan yang datang karena paket wisata "Trail of Civilization" diperkirakan satu juta orang.

"Penambahan paling tinggi itu 20 persen. Itu kalau sukses dipromosikan dan dijual," ungkapnya.

Tentunya, dengan daya tarik wisata religi jejak peradaban Buddha tersebut bila dikemas dengan menarik dan dipromosikan baik akan mampu menarik satu persen kunjugan wisatawan penganut Buddha dari seluruh dunia yang konon menurut Arief mencapai 600 juta orang. Jika hal tersebut terjadi, maka target 20 juta wisatawan di tahun 2020 dari Presiden Jokowi pun bisa semakin mudah dicapai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com