Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tetirah di Bukit Sakral

Kompas.com - 16/03/2016, 14:20 WIB
KING'S Park and Botanic Garden. Inilah ikon penting kota Perth, ibu kota Australia Barat. Datang atau pergi hati berseri! Sementara dari gua purba Ngilgi di Yallingup, wilayah Margaret River, kita melihat tangan-tangan yang menggapai keabadian....

Berkunjung ke dua situs menawan ini, King’s Park and Botanic Garden dan Ngilgi Cave, segera menguatkan pengertian kita tentang wajah Australia.

Peradaban purba Aborigin dan bangsa Nyoongar yang pernah ada di King’s Park dan Gua Ngilgi—bagian dari 65 kawasan dan situs serupa di Australia Barat—adalah lapis-lapis sejarah, identitas, kebanggaan, sekaligus komoditas eksotik turisme.

Pada kurun awal masuknya koloni Inggris ke wilayah itu (1829), Perth yang tengah dibangun Letnan Gubernur James Stirling dan Kepala Pertanahan John Septimus Roe dideskripsikan sebagai ”kota di tengah semak belantara”.

Kini, predikat King’s Park and Botanic Garden di atas bukit sakral Goonininup alias Moora Katta warisan suku Whadjuk Aborigin dan bangsa Nyoongar itu telah berubah menjadi ”semak belantara” di tengah kota Perth yang modern. Penduduk menyebutnya kawasan Mt Eliza.

Dari 3.000-an spesies tanaman di situs King’s Park, sebagian di antaranya tanaman obat-obatan sebagaimana ditemukan suku bangsa Nyoongar yang percaya, bukit Goonininup adalah tempat tinggal Naga Pelangi bernama Waugul.

KOMPAS/HARIADI SAPTONO Dua sejoli yang menjalin kasih tengah menikmati padang rumput di taman King's Park and Botanic Garden, di kota Perth, Australia Barat.
Sisanya, dedaunan, kembang-kembang langka, dan berjenis tanaman adalah bahan dasar parfum, tumbuhan berkhasiat, dan bahan makanan serbaguna.

Anda juga bisa menemukan pohon boab atau jumulu (Adansonia gregorii) berusia 750 tahun dengan tiga kegunaan, yaitu bahan makanan bagi suku Gija, bahan obat-obatan, dan sumber air di kala kemarau.

Dari perbukitan King’s Park yang berada di bibir Sungai Swan itu, orang bisa melihat firdaus baru di seberang sana: gedung-gedung gede perkantoran, hotel, pabrik, pelabuhan, kapal-kapal pesiar, dan kawasan wisata Perth yang cemerlang dan sibuk sekali.

”Silakan, buatlah foto memori di sini. Anyone want to take picture?” kata Nana, nama panggilan Dr Greg Nannup, pemandu wisata kami dengan pakaian ala kawan-kawan Harry Potter.

Cucu salah satu pendiri King’s Park itu mengantar kami—undangan Program Experience Extraordinary, Tourism Australia—dengan tas besar hitam, topi laken coklat, kacamata riben, dan pakaian serba hitam.

Setelah isi tasnya yang besar dibuka, barulah kami tahu isinya berbagai tulang, kulit binatang, tameng, peralatan hidup suku purba, dan berjenis biji tanaman bagian dari legenda purba King’s Park.

Situs itu memang lestari dalam arti sebenarnya, yakni tetap sebagai kawasan semak belantara, situs sakral suku asli, dan kebun besar botani langka sebagaimana sejak awal diinginkan para pendirinya.

KOMPAS/HARIADI SAPTONO Keluarga dengan dua bocah yang antusias belajar mengenal warna batuan alam dari Gua Ngilgi, di Yallingup, wilayah Margaret River, Australia Barat.
Mengapa disebut King’s Park? Nama asli yang diberikan suku Whadjuk Aborigin, ya, Goonininup atau Moora Katta tadi.

Penamaannya pernah berganti-ganti sampai akhirnya pada 1901, namanya abadi menjadi King’s Park (Taman Raja) untuk menghormati penobatan raja Inggris, King Edward VII, pada tahun itu.

Namun, di taman hutan itu, sampai hari ini upacara dan syukuran menurut tradisi Aborigin dan Nyoongar terus berlangsung sepanjang tahun.

Dari 400,6 hektar luas taman kota ini, dua pertiganya tetap berupa semak belantara, yang terdiri dari 3.000 spesies tanaman serta dihuni 80-an spesies burung, 20 spesies reptil, dan lebih dari 200 jenis tanaman jamur.

Di taman ini pula didirikan lebih dari 50 monumen dan bangunan untuk menghormati orang-orang yang berjasa.

Saking luasnya taman ini, Anda bisa menyusurinya dengan bermobil, bersepeda, atau berjalan kaki. Foto-foto prewed dan orang dengan pakaian aduhai menjadi pemandangan lumrah.

KOMPAS/HARIADI SAPTONO Antrean wisatawan yang menunggu giliran masuk Goa Ngilgi untuk melihat keajaiban alam bawah tanah, saat musim panas di Goa Ngilgi, Yalinggup, wilayah Margaret River Australia Barat.
Keluarga yang bercengkerama menggelar tikar, memarkir kereta dorong bayi, lalu bersantap bersama. Bocah-bocah berlarian bermain bola dan mahasiswa bergelimpangan sambil membaca buku atau pacaran—tidak dilarang asal tak merusak taman.

Gua Ngilgi

Sama seperti Goonininup alias Moora Katta alias King’s Park, Gua Ngilgi, menurut legenda penduduk asli, juga situs purba, di mana kekuatan jahat bernama ”Wolgine” dan kekuatan mulia ”Ngilgi” bertarung di sana.

Gua yang bisa ditelusuri dalam waktu 30 menit itu memiliki batuan warna-warni.

”Which one do you want to watch? Yellow, red?” kata pemandu perempuan di sebuah altar di dalam Gua Ngilgi.

Bocah perempuan dan lelaki berusia sekitar 4 dan 5 tahun yang ditanya senang banget menimang batu-batu sebesar labu dan timun. Lampu senter disorotkan dari bawah dan batu itu ternyata berwarna merah darah. Bocah itu terkekeh-kekeh.

Suara yang riang digemakan gua sakral yang sekian abad lalu merupakan situs tetirah suku Aborigin. Gua abadi dalam sunyi itu lalu hidup sebagai pariwisata!

Gua Ngilgi mengingatkan karakter tanah Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, dengan batuan cadas dan lempung serta vegetasi kayu besar. Hutannya bukan hutan lebat tertutup, warnanya kelabu dan coklat, semaknya rumput besar dan tanaman merambat.

Pemandu kami, Kevin (60-an), mengingatkan, jangan berjalan terlalu ke pinggir jalan setapak karena ancaman ular berbisa dan ular berbisa lain mirip ”kaki ampat” di Papua bisa membuat Anda ”melompat dan menari-nari” ketakutan.

Saat turun ke dalam tanah—untuk menyusuri liang gua—deposit mineral yang berjuntai di langit-langit gua (stalagtit) dan duri karang yang muncul dari dasar gua mengarah ke atas (stalagmit) menjadi teater alam yang rumit.

Namun, Gua Ngilgi yang abadi barangkali menangis. Jika cermat mengamati, nyaris semua stalagtit dan stalagmit dalam jarak jangkauan tangan manusia di jalur wisatawan hancur atau tanggal karena ulah tangan jahil yang menggapai-gapai keabadiannya.

”Barangkali, orang mau membawa kenangan abadi, ya, Mas,” kata seorang perempuan di dekatku.

Kujawab saja, ”Mereka ingin jadi bagian dari sejarah Australia!” (Hariadi Saptono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com