Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinutuan, Kala Beraneka Rasa Gurih Sayur Beradu di Lidah

Kompas.com - 28/09/2016, 19:14 WIB

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Mengunjungi Manado atau Minahasa di Sulawesi Utara, tidaklah lengkap jika belum mencicip kuliner khas daerah ini. Tinutuan atau Bubur Manado, orang menyebutnya.

Jangan khawatir, kuliner yang satu ini dijamin halal, karena terbuat dari berbagai sayuran hijau yang dipadukan dengan bubur beras, labu dan ubi. Walau sewaktu disajikan terlihat berantakan, namun Tinutuan merupakan masakan yang lezat.

Jika berada di Manado, Pusat Kuliner Wakeke merupakan tempat yang sangat ideal untuk mencicipi Tinutuan. Di lokasi yang berada di pusat kota ini, puluhan rumah makan menawarkan kelezatan Tinutuan dengan aneka variasinya.

Di Wakeke, cecap lidah terhadap gurihnya berbagai sayur hijau di Tinutuan bersanding dengan mie, tahu goreng, tempe goreng, bakwan bahkan perkedel jagung dan nike (sejenis ikan kecil). Tinutuan sangat pas jika disantap pada pagi hari sebagai menu sarapan.

Berbagai vitamin yang terkandung di dalamnya menjadi energi bagi aktifitas sepanjang hari. Ahli Gizi di Rumah sakit Siloam Manado, Femmy Feibe Monulandi AMG menjelaskan bahwa Tinutuan mengandung nilai gizi yang tinggi terutama karbohidrat yang terdapat di umbi-umbian.

"Sayurannya mengandung serat vitamin dan minereal serta serat yang baik untuk pencernaan. Bahkan vitamin di labu siam dapat mencegah jantung koroner," jelas Femmy.

Tinutuan bisa dibilang tergolong makanan yang sehat karena makanan ini tidak mengandung daging. Tinutuan sangat pas disantap dengan dabu-dabu (sambal) ikan roa (ikan terbang), atau dabu-dabu bakasang (fermentasi perut ikan).

Bagi penyuka terasi, tinutuan juga cocok ditemani sambal terasi. Hingga kini belum diketahui persis asal mula Tinutuan, baik sejarahnya maupun asal muka katanya. Dari beberapa catatan, Tinutuan mulai diperdagangkan sejak tahun 1970.

Saking terkenalnya Tinutuan sebagai makanan yang berasal dari Manado, sewaktu Jimmy Rimba Rogi menjadi Walikota Manado periode 2005-2010, ia memberi slogan Manado sebagai Kota Tinutuan.

Tinutuan diduga merupakan bentuk kreativitas orang Minahasa dulu yang kondisi ekonomi para penduduknya sangat sulit saat di bawah penjajahan Belanda. Karena sulit mendapatkan makanan, penduduk waktu itu kemudian memanfaatkan bahan makanan yang mereka bisa peroleh dari pekarangan dan kebun. Bahan-bahan makanan itu seperti ubi, kangkung, jagung, daun gedi, bayam, serta labu.

Mereka lalu memasaknya dengan mencampurnya bersama nasi secara bersamaan. Kini ragam campuran Tinutuan sudah sangat bervariasi. Mengolah masakah Tinutuan juga tidak sulit. Hampir semua orang bisa memasak Tinutuan. Bahan-bahannya mudah didapat di pasar tradisional atau jika sendang berada di Minahasa bisa langsung membeli pada petani di kebun.

Tahun ini, Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sulawesi Utara sedang mengusulkan Tinutuan menjadi salah satu warisan budaya tak benda dari Sulut.

"Sesuai dengan tugas kami, kami mencoba mengusulkan agar Tinutuan diakui sebagai warisan budaya tak benda dari Sulut. Selain Tinutuan, kami juga mengusulkan kesenian khas Nusa Utara, Masamper," kata Kepala BPNB Sulut Rusli Manorek.

Jadi, jika Anda berencana melakukan perjalanan ke Manado, jangan sampai tidak mencecap Tinutuan. Masakan khas ini juga diakui sebagai masakan perekat persaudaraan, karena hadir di tiap kesempatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com