Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berwisata ke Pendopo Sabha Swagata Blambangan

Kompas.com - 15/03/2017, 19:12 WIB

PENDOPO Kabupaten Banyuwangi bertransformasi. Ruang yang dulu hanya diperuntukkan sebagai rumah tinggal para bupati, kini menjadi ruang publik, tempat diskusi, bedah buku, dan menjadi tempat berwisata baru.

”Mau keliling pendopo Mas? Mari saya antar berkeliling. Tapi, isi buku tamu dulu, ya,” kata Sofia, petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pendopo Sabha Swagata Blambangan, dengan ramah.

Senyum Sofia mengembang saat menyambut pengunjung. Meski hanya ada satu orang yang bertamu saat itu, ia terus menemani dan menerangkan detail tentang bangunan pendopo dan sejarahnya layaknya pemandu wisata.

Sofia mengenalkan sudut-sudut kompleks Pendopo Sabha Swagata Blambangan, rumah dinas Bupati Banyuwangi yang kini terbuka untuk umum. Suasana asri dan sejuk langsung terasa saat pengunjung masuk.

(BACA: Petugas Kebersihan Rumah Bupati Banyuwangi Dilatih Jadi Pemandu Wisata)

Luas pendopo itu 2 hektar, dengan rumput yang rapi di bagian depan. Pagarnya rendah dan pintu gerbangnya selalu terbuka.

Bangunan paling depan adalah pendopo itu sendiri. Sebuah ruang terbuka dengan balok kayu sebagai soko guru. Lantainya masih berupa tegel abu-abu model lama. Lantai itu pernah diganti dengan granit, tetapi kemudian dikembalikan lagi ke aslinya.

Di belakangnya berdiri bangunan utama yang jadi rumah tinggal bagi Bupati Banyuwangi. Bangunan bergaya kolonial itu punya teras depan dan belakang yang disebut pringgitan.

Biasanya, tamu dijamu di tempat itu. Bupati sendiri memilih tinggal di rumah pribadinya. Bangunan itu telah jadi rumah bagi para Bupati Banyuwangi sejak 1771.

(BACA: Banyuwangi Festival 2017, dari Pecel Pitik sampai Batik)

Bagian belakang adalah ruang terbuka hijau. Warga menyebutnya sebagai bukit Teletubbies, bukit kecil. Bukit itu sebenarnya merupakan bangunan kamar tamu dan kantor serta ruang pertemuan.

Arsitek Adi Purnomo yang membangun bangunan itu menamainya green house. Atap dan dinding yang dilapisi tanah berumput membuat ruangan tetap sejuk kendati tidak menggunakan pendingin ruangan.

Kamar-kamar di dalam green house mengandalkan matahari sebagai sumber cahaya. Di beberapa titik, langit-langit ruangan ditutup dengan kaca sehingga cahaya matahari bisa masuk dan menerangi ruangan tersebut.

Renovasi kompleks pendopo itu dilakukan pada tahun 2012 dan selesai pada tahun 2013. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memilih konsep hijau dan terbuka dalam merenovasi kompleks itu.

Dalam proses pembangunan, tak ada satu pun tanaman yang boleh ditebang. Alhasil, pohon mangga, kelengkeng, sawo kecik, belimbing wuluh, palem, dan asam jawa yang berukuran cukup besar masih berdiri dan menambah kesejukan.

Pagar direndahkan, tegel diganti sesuai aslinya, dan taman yang luas agar pengunjung bisa nyaman.

Duta Besar Swedia Johanna Bismar Skoog yang pernah berkunjung pada 2014 mengagumi hasil karya pendopo tersebut.

Ia menyukai konsep hijau yang ditonjolkan. Rindangnya pepohonan juga yang membuat hawa di kota pesisir itu menjadi sejuk.

Dari ningrat ke rakyat

Lepas dari perubahan fisik, ada perubahan lebih besar dalam penggunaan pendopo. Kesan ningrat peninggalan feodal luntur berganti dengan kesan terbuka.

KOMPAS/ANGGER PUTRANTO Suasana halaman belakang rumah dinas Bupati Banyuwangi atau yang biasa disebut Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Selasa (7/2/2017). Di sana, sekat yang memisahkan pejabat publik dengan warga dihilangkan, dan diubah dengan ruang terbuka hijau yang sangat asri.
Pendopo yang dulu hanya dibuka untuk tamu-tamu kawedanan dan bupati, kini bisa dikunjungi siapa saja. Wisatawan pun diperbolehkan masuk. Anggota satpol PP bisa jadi pemandu mereka. Syaratnya hanya memakai pakaian sopan.

Petugas pun menyediakan kain bagi wisatawan yang kebetulan memakai celana pendek. Selama ini, pendopo itu juga digunakan untuk diskusi bedah buku, tempat perayaan anak yatim, dan pengajian.

Menurut Koordinator Polisi Pamong Praja Pendopo Sabha Swagata Blambangan Pri Trisno (45), pendopo itu menjadi salah satu destinasi wisata di pusat Kota Banyuwangi.

Dalam sehari, setidaknya ada 10 orang hingga 15 orang berkunjung. Di akhir pekan, pengunjung meningkat hingga 30 orang.

Menjadi pemandu wisata juga tak memberatkan mereka. Anggota satpol PP lainnya, Catur Soni Kurniawan (33), malah senang. Ia bisa beraktivitas keliling, mendapatkan pengalaman baru, dan kenalan baru.

Menemani tamu membuat ia bisa bertemu dan kenal banyak orang. Ia pun jadi rajin membaca tentang sejarah Banyuwangi agar bisa diceritakan kembali kepada pengunjung.

”Nah, repotnya kalau ada tamu luar negeri. Kami mengandalkan Google Translate. Sambil mengajak jalan-jalan mereka, kami melirik terjemahan di gawai,” katanya.

Sayangnya, masih ada warga Banyuwangi yang belum tahu bahwa mereka bisa mengunjungi tempat itu. Salah satunya Yuyun (47), yang tinggal di Kelurahan Temengungan, persis di belakang pendopo.

Selama ini, ia tak pernah berani masuk ke bangunan itu hingga ke halaman belakang. ”Saya dan tetangga-tetangga masih sungkan. Pendopo itu, kan, tempat tinggalnya bupati. Saya ini cuma penjual soto,” ujarnya.

Yuyun pernah sekali menginjakkan kaki ke halaman pendopo. Namun, itu hanya untuk mengantar ibunya beribadah di mushala.

Dibukanya pendopo membuat warga seperti Yuyun bernyali untuk ikut masuk dan memanfaatkan rumah yang dibangun dengan keringat mereka sendiri. (ANGGER PUTRANTO)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Maret 2017, di halaman 25 dengan judul "Berwisata ke Pendopo Sabha Swagata Blambangan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com