Ribuan orang itu adalah penduduk dua desa yang lokasi perkampungannya berseberangan atau terpisah oleh sungai tersebut.
Ikan-ikan habitat air tawar yang telah keracunan itu menjadi sasaran tangkapan keroyokan para warga baik tua maupun muda. Ada yang menggunakan jaring, keranjang, dan tangan kosong untuk menangkap dan mengumpulkan ikan yang kelabakan nyaris sekarat itu.
Unik, seru dan menarik. Sepanjang lebih kurang tiga kilometer, warga mengular berbasah-basahan memenuhi sungai. Mereka tumpah ruah menceburkan diri ke sungai berkedalaman 80 meter itu untuk berebut ikan di sungai.
Praktis, tradisi Tubo ini menjadi jujukan wisata. Jamak warga dari berbagai penjuru daerah rela berdatangan untuk menyaksikannya.
Seperti halnya Wawan Suyuti (36), warga Yogyakarta. Pekerja swasta ini datang berkunjung bersama teman-temannya, menumpang mobil meski harus menempuh perjalanan waktu berjam-jam.
"Seru sekali. Sudah lama kami penasaran dan ingin menontonnya. Tapi baru kali ini keturutan," kata Wawan kepada Kompas.com.
Eratkan Tali Persaudaraan
Kepala Desa Ngombak, Kartini, menyampaikan tradisi Tuba sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Kegiatan "Nguri-Nguri Budaya" ini merupakan pengejawantahan dari kerukunan antar warga yang telah diwariskan oleh nenek moyang warga setempat.
Tradisi Tubo erat hubungannya dengan kepercayaan warga masyarakat akan sosok Kedhana dan Kedhini, yaitu Raden Sutejo dan Roro Musiah yang diyakini sebagai pendiri Desa Ngombak dan Desa Karanglangu.
Menurut mitologi, Kedhana dan Kedhini adalah saudara kandung. Mereka terpisah sewaktu keduanya masih kecil. Keduanya berkelana secara terpisah melewati hutan dan sungai, hingga akhirnya kedhana berhenti dan menetap di suatu desa yang diberi nama dengan Desa Karanglangu. Sedangkan Kedhini berhenti dan menetap di suatu desa yang diberi nama desa Ngombak.
Singkat cerita setelah keduanya dewasa, mereka pun bertemu hingga saling jatuh cinta dan hampir menikah. Pernikahan itu akhirnya urung terjadi setelah terungkap bahwa mereka adalah kakak beradik yang telah lama terpisah.
"Pertemuan antara saudara kandung yang sudah lama terpisah ini kemudian diperingati dengan perayaan syukuran kala itu yakni Tradisi Tubo. Ikan-ikan yang terkumpul akan dimasak beramai-ramai dan menjadi santapan warga. Sejatinya tradisi ini adalah menyatukan tali persaudaraan khususnya antara Desa Ngombak dan Desa Karanglangu. Turun-temurun kami semua rukun bersaudara tidak ada perbedaan. Ini bukti toleransi antar umat warga yang berlangsung sejak dulu," pungkas Kartini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.