Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Wisata Alam dan Edukasi? Ayo ke Taman Nasional...

Kompas.com - 10/10/2019, 20:22 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Suara monyet ekor panjang terdengar bersahutan di awal jalur pendakian Cibodas Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Terkadang sekelompok monyet melompat dari batang ke batang pohon lainnya.

Kekhasan suara monyet ekor panjang setidaknya bisa saya nikmati hingga Telaga Warna. Melewati Pos Panyangcangan, suara monyet seakan perlahan hilang berganti lenguhan nafas pendaki.

Jalur berbatu, licin, menanjak dengan kemiringan mencapai 45 derajat, hingga menyeberangi sungai memang menjadi teman perjalanan para pendaki ketika melewati jalur pendakian Cibodas. Petualangan ke Gunung Gede dan Pangrango terasa baru dimulai.

Baca juga: Mengenang Gunung Pangrango, Tempat Favorit Soe Hok-Gie Naik Gunung

Bagian paling mendebarkan bila mendaki lewat jalur Cibodas yaitu melewati aliran air panas. Licin dan berjalan di tepi jurang. Ya, para pendaki harus berhati-hati untuk melewati jalur air panas sebelum tiba di Pos Kandang Batu.

Bertualang bersama sahabat adalah cara terbaik untuk bermain di area taman nasional. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu tempat bertualang favorit para pendaki di sekitar Jakarta.

Petualangan dan Konservasi

Pendaki melewati jalur pendakian Selo di Gunung Merbabu, Jawa Tengah.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pendaki melewati jalur pendakian Selo di Gunung Merbabu, Jawa Tengah.

Penjelajahan dan edukasi tentang konservasi. Nilai itu adalah dua hal yang biasa ditemukan saat mengunjungi kawasan taman nasional.

Di taman nasional, keanekaragaman hayati bisa kita pelajari. Ada ragam flora dan fauna di taman nasional yang menarik untuk dilihat.

Seorang pegiat alam bebas, Nouf Zahrah Anastasia merupakan wisatawan yang gemar menikmati penjelajahan ke taman nasional di Indonesia. Anastasia bersama suami dan anaknya sejak limat tahun terakhir menjalankan program penjelajahan bertajuk Family Goes To National Park.

"Di taman nasional itu ada laut, gua, pantai, sabana, dan tentu gunungnya. Taman nasional itu memiliki banyak fungsi, seperti edukasi dan rekreasi. Kami eksplorasi taman nasional karena dua fungsi itu," kata Anastasia saat dihubungi Kompas.com.

Dalam penjelajahan taman nasional, Anas bersama keluarga bisa mendapatkan kegiatan rekreasi, edukasi, dan pengenalan budaya. Di taman nasional, menurutnya, terdapat keanekaragaman hayati mulai dari flora, fauna, bentang alam, dan budaya.

"Alam di taman nasional menyajikan banyak hal yang dijelahi dan dipelajari," lanjutnya. 

Taman Nasional Lore Lindu di Sulawesi Tengah misalnya. Fauna seperti burung maleo dan tarsius merupakan beberapa fauna primadona yang kita bisa lihat.

Pengalaman mencari tarsius yang bersembunyi di balik pohon salak hingga menelusuri sungai untuk menuju peenangkaran burung maleo cocok untuk para pehobi petualangan.

Baca juga: Seri Jejak Pendaki Semeru: Melewati Jalur Berdebu Menuju Ranukumbolo

Wisatawan di Taman Nasional Lore Lindu bisa belajar tentang konservasi burung maleo mulai dari cara peneluran hingga pengeraman telur maleo.

Tak hanya alam, keragaman budaya di area taman nasional juga patut untuk dijelajahi. Ada banyak budaya menarik seperti budaya Kasodo di Taman Nasional Gunung Semeru, Jawa Timur.

Belum lagi, keindahan salju di Pegunungan Jayawijaya di Papua. Satu-satunya salju di Indonesia itu termasuk ke kawasan Taman Nasional Lorentz.

Keindahan alam dan budaya di taman nasional masih banyak bisa ditemukan. Antusiasme kunjungan wisatawan ke taman nasional pun terlihat positif.

Berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ada 54 taman nasional di Indonesia yang tersebar di berbagai pulau. Kunjungan wisatawan ke beberapa taman nasional pada tahun 2018 tercatat ada peningkatan kunjungan seperti di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Merbabu, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Baluran, dan Taman Nasional Way Kambas.

Ayo ke Taman Nasional

Pendaki memandang panorama Ranukumbolo dari Pos 4 Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019). Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 3.676 meter di atas permukaan laut.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pendaki memandang panorama Ranukumbolo dari Pos 4 Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019). Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 3.676 meter di atas permukaan laut.

KLHK sejak tahun 2015 telah mencanangkan program kampanye bertajuk "Ayo ke Taman Nasional".

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya mengatakan program Ayo ke Taman Nasional sejalan dengan Target Pariwisata Nasional 2015 – 2019 yang ditetapkan Presiden yaitu meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 20 juta dan wisatawan nusantara mencapai 275 juta orang dalam 5 tahun.

Baca juga: Tersihir Keindahan Gunung Merbabu...

"Untuk itu, sebagai salah satu upaya meningkatkan jumlah kunjungan ke Taman Nasional dan meningkatkan PNBP sektor kehutanan, diharapkan tagline “Ayo Ke Taman Nasional” ini dapat menginspirasi publik untuk mengenal lebih jauh potensi taman nasional di Indonesia sekaligus dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Nasional," kata Siti dalam acara Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) Tahun 2015.

Mahout dari Elephant Response Unit (ERU) menuju sungai untuk memandikan gajah di Kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kabupaten Lampung Timur, Lampung, Senin (29/7/2017). Gajah-gajah di Elephant Response Unit (ERU) telah jinak dan sudah dilatih untuk membantu manusia, salah satu kontribusi gajah-gajah ini adalah membantu mendamaikan jika terjadi konflik manusia dengan gajah-gajah liar.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Mahout dari Elephant Response Unit (ERU) menuju sungai untuk memandikan gajah di Kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kabupaten Lampung Timur, Lampung, Senin (29/7/2017). Gajah-gajah di Elephant Response Unit (ERU) telah jinak dan sudah dilatih untuk membantu manusia, salah satu kontribusi gajah-gajah ini adalah membantu mendamaikan jika terjadi konflik manusia dengan gajah-gajah liar.

Siti mengatakan dalam lima tahun, KLHK menargetkan kunjungan minimal 1,5 juta dari wisatawan mancanegara dan minimal 20 juta orang wisatawan nusantara.

Ia melanjutkan keberhasilan destinasi wisata dapat dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang.

Baca juga: Bakal Seru, Kompas.com Gelar Acara Jejak Pendaki Semeru

"Hal ini tentunya harus didukung oleh penggunaan media sebagi media promosinya. Penggunaan media, baik media cetak maupun elektronik terbukti efektif menunjang promosi pemasaran wisata khususnya Taman Nasional," lanjutnya.

KLHK bulan lalu turut mendukung program Kompas.com yaitu Jejak Pendaki Semeru. Adapun salah satu tujuan program Jejak Pendaki Semeru adalah mempromosikan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

Jalan Jalan
Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Travel Update
6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com