Saat di hubungi Kompas.com, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Yanuarto Bramuda menjelaskan tema Festival Gandrung Sewu tersebut mengangkat tema "Seblang Shubuh". "Seblang Shubuh ini adalah bagian dari tarian Gandrung yang sudah masuk dalam warisan budaya tak benda yang sudah diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Inti dari tarian tersebut adalah bagaimana manusia memohon ampunan kepada Yang Maha Kuasa," jelasnya.
Pertunjukan tersebut akan diawali dengan beberapa lelaki yang menggambarkan mantan prajurit Kerajaan Blambangan yang membawa penjor dan sedang mengumpulkan rekan-rekannya yang tersebar pasca peperangan. "Nanti akan satu lelaki yang akan memerankan sebagai Gandrung Marsan sebagai penari Gandrung laki-laki yang pertama di Banyuwangi. Gandrung Marsan muncul di zaman pemerintahan Bupati Pringgokusumo sebagai bupati Banyuwangi yang kelima," jelas Bramuda.
Dalam teatrikal tersebut juga digambarkan proses bergesernya dari Gandrung laki-laki menjadi Gandrung perempuan. "Gandrung perempuan pertama bernama Semi. Dan teatrikal tersebut akan menggambarkan perubahan tersebut. Nantinya akan diakhiri dengan kegiatan menyapu dengan sapu lidi sebagai simbol membersihkan diri dan memohon ampunan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa seperti pada fragmen terakhir pada tari Gandrung," katanya.
Bramuda menjelaskan, Festival Gandrung Sewu tahun ini adalah tahun ketiga yang di gelar Pemkab Banyuwangi. "Tahun kemarin temanya adalah Paju Gandrung, yaitu menari secara berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Dan semua bisa datang karena acara ini digelar secara gratis untuk masyarakat umum. Apalagi tempatnya di Pantai Boom yanng berlatar belakang Selat Bali saat menjelang senja," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.