Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (15): Balik Haluan

Kompas.com - 22/08/2008, 08:04 WIB

[Tayang:  Senin - Jumat]


Peruntungan saya mungkin memang tidak terlalu baik. Sampai pukul lima sore, di bawah bayang-bayang wajah tergores Gunung Kailash matahari masih panas menyengat, saya memutusukan untuk balik haluan.

Kembali ke Darchen, lalu Ngari, kemudian dari sana baru cari bus ke Lhasa. Sudah seharian saya menunggu ke Barga, tak ada satu pun kendaraan yang lewat dari arah mana pun. Man Fai, si turis Hong Kong, sudah menampakkan wajah pasrah. Dahinya mengilap, kumis tipisnya tak karuan. Senyumnya sangat aneh. Tanda-tanda backpacker putus asa. Saya pun tak jauh beda sebenarnya.

Sekali lagi, debu mengepul di kejauhan. Ini kendaraan ketiga yang datang dari arah Burang di selatan menuju ke Darchen atau Ngari di utara. Sebenarnya bukan tujuan kami, tetapi nampaknya cuma ini pilihan kami satu-satunya.

          “Saya sudah tidak mau menginap lagi di sini,” kata Man Fai, “saya harus cepat-cepat ke Lhasa. Waktu saya sudah tinggal sedikit. Tidak tahu lagi kalau menunggu di sini kapan akan ada kendaraan menuju ke Lhasa. Hao nan shuo.... Susah dikata...”

Sama sepertinya, saya pun tak punya waktu banyak dengan visa China saya yang tinggal hanya dua minggu lagi. Walaupun bus ini bukan yang kami tunggu, tetapi melihat sebuah kendaraan sebesar ini terhenti di Barga sudah membuat takjub. Saya pun tergoda untuk kembali ke Ngari. Siapa tahu malah bisa sampai ke Lhasa lebih cepat.

Baru saja kami naik, bus jalan dua ratus meter, langsung mogok. Setengah jam lebih baru jalan lagi. Sampai di Darchen direparasi. Xiao Wang melihat saya kembali lagi ke dusun ini hanya tersenyum.

          “Tak ada mobil ya? Memang untung-untungan. Begitu sampai Barga, angkutan berikutnya susah sekali.” kata dia.

Baru pukul sembilan malam, ketika langit mulai gelap, bus beranjak meninggalkan Darchen. Saya penat sekali, memaksa tidur tapi tak bisa. Sopir menyalakan lagu pop Mandarin keras-keras, sepanjang malam. Saking kerasnya, saya sampai harus berteriak untuk ngobrol dengan Man Fai yang duduk di sebelah. Anehnya, dalam keributan musik amburadul ini, penumpang lain malah pulas tidur.

Bus lanjutan berangkat dari Ngari menuju Lhasa sore hari. Konon perjalanannya memakan waktu 48 jam. Selama ini rekor saya menumpang kendaraan umum adalah 52 jam nonstop, dari Beizing menuju Kunming dengan kereta api kelas ekonomi. Tetapi perjalanan itu sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan bus trayek Ngari - Lhasa ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com