Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PARIWISATA

Mengeksplorasi Keajaiban Komodo

Kompas.com - 06/12/2010, 14:37 WIB

BAJO, KOMPAS.com - Nama Taman Nasional Komodo (TNK) rasaya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Taman nasional seluas 173.300 hektar yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur tersebut merupakan habitat bagi satwa purba endemik Indonesia, Komodo Dragon (Varanus komodonensis).

TNK sendiri baru ditetapkan sebagai taman nasional sejak tahun 1980. Sebelas tahun kemudian UNESCO menenerima TNK sebagai situs warisan dunia dan cagar biosfer. Nama TNK semakin ramai dibincangkan setelah tahun lalu masuk dalam 28 finalis tujuh keajaiban dunia yang baru sebagai satu-satunya wakil Indonesia.

Beberapa hari lalu, Kementerian Kebudayaan dan Periwisata Indonesia memberi kesempatan puluhan jurnalis Indonesia dan asing untuk mengeksplorasi keindahan TNK, termasuk wartawan Harian Kompas. Perjalanan menuju TNK dijangkau dengan pesawat dari Jakarta menuju Denpasar, Bali, selama lebih kurang 90 menit.

Perjalanan kemudian dilanjutkan dari Denpasar menuju Labuan Bajo, ibu kota kabupaten Manggarai Barat menggunakan pesawat yang lebih kecil selama lebih kurang 60 menit. Dari Labuan Bajo, perjalanan selanjutnya hanya bisa ditempuh melalui jalur laut dengan kapal. Transportasi yang satu ini banyak disewakan warga setempat di Pelabuhan Labuan Bajo dengan harga kisaran Rp 800.000 hingga Rp 3 juta per hari tergantung jenis kapal dan berapa lama sewa.

Kapal yang kami gunakan sendiri yaitu cruise Merry Makin. Kapal mewah bertarif 6.000 dolar AS per hari ini mengantarkan kami menuju habitat komodo yaitu Pulau Komodo dan Pulau Rinca, dua pulau terbesar yang ada di TNK. Perjalanan dari Pelabuhan Labuan Bajo menuju Pulau Komodo ditempuh lebih kurang 90 menit.

Meski relatif dekat akan jauh lebih baik jika perjalanan dilakukan sepagi mungkin untuk menghindari terik matahari, menggingat Pulau Komodo merupakan padang savana yang gersang dan panas terutama saat musim kemarau.

Masih menunjukan pukul 08.00 WITA setibanya kami di pintu masuk utama Loh Liang, kantor sekaligus pos jaga para ranger (penjaga hutan), Kamis (3/12/2010). Petugas dari Balai Konservasi TNK, Ande Kefi bersama Yusuf Jenata, Muhammad Shaleh, dan Jackson Bele mulai memandu kami memasuki hutan lengkap dengan senjata utama mereka, tongkat kayu bercabang. Tongkat kayu sepanjang 2,5 meter memiliki cabang diujungnya berfungsi untuk menahan leher atau hidung komodo ketika menyerang.

Masih sangat pagi namun terik matahari setia menyengat kulit menemani perjalanan mengelilingi padang savana yang gersang. Dua puluh menit perjalanan menuju hutan asam, seekor komodo jantan dengan ukuran maksimum memiliki panjang 4 meter sedang berjemur untuk memanaskan tubuhnya tak jauh dari kubangan air.

Populasi komodo di pulau seluas 336 kilometer persegi tersebut ada sekitar 1.300 ekor. Reptil raksasa ini memasuki musik kawin hanya satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli hingga Agustus. Pada musim kawin komodo jantan akan bertempur memperebutkan bentina. Satu bulan setelah musim kawin sang betina akan mencari lubang di tanah untuk bertelur. Sekali bertelur umumnya komodo mengeluarkan 15-30 butir telur dengan masa inkubasi antara 8-9 bulan. Anak-anak komodo yang menetas akan berlindung di atas pohon untuk menghindari predator dan kalibalisme dari komodo dewasa.

Total populasi komodo di TNK berjumlah lebih kurang 2.500 ekor. Sebanyak 1.300 ekor hidup di Pulau Komodo, 1.100 ekor di Pulau Rinca (211 km2), sisanya 100 ekor hidup di Pulau Gilimotang, dan Nusa Kode. Komodo, pulau dengan ketinggian 0-735 dpl tersebut merupakan habitat bagi rusa (Cervus timorensis floresiensis), babi hutan (Sus scrofa), dan puluhan jenis burung, 12 jenis ular dan satwa lainya. Sementara tanaman khas antara lain pohon lontar (Borassus flabellifer), pohon asam (Tamarindus indica), kepuh (Streculia foetida), bidara (Ziziphus jujuba), dan jarak tintir (Jatropha multifida).

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

    Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

    Travel Update
    5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

    5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

    Jalan Jalan
    5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

    5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

    Hotel Story
    Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

    Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

    Jalan Jalan
    5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

    5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

    Travel Tips
    Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

    Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

    Travel Update
    6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

    6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

    Travel Tips
    Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

    Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

    Hotel Story
    Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

    Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

    Hotel Story
    Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

    Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

    Travel Update
    10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

    10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

    Jalan Jalan
    Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

    Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

    Travel Update
    Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

    Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

    Travel Update
    Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

    Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

    Travel Update
    Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

    Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com