Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Nefertiti di Berlin

Kompas.com - 21/02/2011, 07:46 WIB

SALAH satu perempuan yang melegenda di dunia ialah Ratu Nefertiti dari Mesir. Kecantikan Nefertiti sempat diabadikan oleh seorang pematung dari Amarna dan karya berusia sekitar 3 .300 tahun itu kini tersimpan di Neues Museum (New Museum), Berlin, Jerman. Sebelum pecah demonstrasi besar di Mesir, Patung Nefertiti sempat diminta kembali oleh Pemerintah Mesir.

Di peraduannya kini, Nefertiti memang menjadi primadona. Begitu seorang turis bertanya bagaimana caranya ke lantai dua bangunan museum yang berliku-liku itu, petugas otomatis bertanya, Nefertiti? lalu menunjukkan arah, walaupun di lantai yang sama banyak terdapat koleksi lain.

Setelah melewati berbagai koleksi papirus yang luar biasa, patung-patung figur bangsawan Mesir, berbagai peralatan dalam kehidupan sehari-hari, kubur batu berelief (sarkofagus), patung figur Nefertiti yang termasyur tersebut seperti sebuah klimaks pertunjukan.

Nefertiti ditempatkan di dalam ruang khusus dengan langit-langit tinggi berbentuk kubah dan pencahayaan khusus. Figur Nefertiti mulai dari dada hingga kepala itu diletakkan dalam kotak kaca setinggi lebih dari tiga meter dan suhu di dalamnya dijaga sekitar 21 derajat Celcius. Di dalam ruangan, tiga pengawas berjaga-jaga dan pengunjung tidak diperbolehkan mengambil gambar di ruangan tersebut. Di lokasi ini pula sekitar lebih dari tiga puluh pengunjung beberapa waktu lalu, seperti tersihir dan tercenung di depan Nefertiti.

Di dalam patung itu terlihat cantik lantaran begitu simetris. Sang pematung mengabadikan Nefertiti sebagai perempuan berumur yang bersahaja serta tidak terganggu dengan sedikit kantung mata dan pipi yang mulai cekung. Pecahan kecil di kedua telinga, tidak mengurangi kecantikan ratu yang berbibir penuh, mata besar, leher jenjang, dan berhiaskan topi tinggi.

Dalam keterangan koleksi yang diterbitkan Neues Museum disebutkan, figur Nefertiti dari batu kapur itu ditemukan pada tahun 1912 di Kota Achet-Aton yang sekarang lebih dikenal dengan Amarna saat eskavasi oleh arkeolog Ludwig Borchardt di bawah bendera German-Orient-Association. Hasil eskavasi di Amarna lalu dibagi antara Mesir dan Jerman. James Simon disebut-sebut sebagai tokoh yang membiayai eskavasi di Amarna, lalu memperoleh patung itu. Koleksi itu lalu diwariskan ke museum di Berlin.

Daya Tarik Mesir

Mesir dengan peradaban yang sangat tua dan tinggi memang menjadi daya tarik besar. Di awal tahun 1900-an, arkeolog dari Jerman sangat aktif meneliti dan mengeskavasi artefak peradaban Mesir. Hasil eskavasi itu sebagian menjadi menjadi koleksi tak ternilai museum di Berlin.

Bagi para pengunjung Neues Museum, Berlin, koleksi artefak Mesir termasuk daftar yang harus dikunjungi. Sekitar 4.000 orang setiap harinya berkunjung ke Neues Museum dengan tiket masuk per orang 10 Euro (sekitar Rp 120.000).

Greg (32) seorang turis dari Amerika, misalnya, memasukkan kunjungan ke museum itu dalam daftar prioritas. Greg tinggal selama empat hari di Berlin. "Saya penggemar kebudayaan Mesir yang benar-benar berbeda dari budaya saya," ujar Greg.

Bagi Cristian (28), warga Stuttgart, Jerman, koleksi Mesir juga masuk daftar wajib dikunjungi. Terlebih lagi dengan adanya koleksi tiada duanya seperti patung Nefertiti. "Saya penasaran seperti apa cantiknya. Memang cantik. Akan tetapi, kalau dibilang perempuan tercantik di dunia, entah lah," ujarnya.

Ratu Nefertiti bukan satu-satunya patung perempuan cantik yang diperebutkan dalam sejarah. Arca Pradnyaparamitha atau lebih dikenal dengan patung Ken Dedes, pernah menjadi rebutan antara pemerintah Indonesia dengan Belanda. Pradnyaparamitha merupakan istri Akuwu Tumapel Tunggul Ametung yang kemudian direbut Raja Singasari Ken Arok.

Patung perempuan cantik bertelanjang dada itu ditemukan sekitar tahun 1820-an dan sempat disimpan di Museum Leiden, Belanda. Patung tersebut dikembalikan kepada Indonesia tahun 1978 dan kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. (Indira Permanasari, wartawan Harian Kompas peserta Program Nahauf nahme-Pertukaran Jurnalis, Goethe Institut)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com