Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Songkok Ini Terbuat dari Serat Daun Lontar

Kompas.com - 05/05/2012, 12:32 WIB
Kontributor Bone, Abdul Haq

Penulis

BONE, KOMPAS.com - Umumnya songkok terbuat dari berbagai macam kain, namun berbeda dengan songkok khas Bugis yang dikenal dengan nama songkok "Recca", songkok ini terbuat dari bahan dasar serat pohon lontar yang merupakan pohon khas Sulawesi.

Seperti halnya di dusun Sawange, desa Paccing, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, dusun yang hampir seluruh warganya berprofesi sebagai perajin songkok. Untuk membuat satu buah songkok bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan waktu dua minggu lantaran proses pembuatan serta bahan alaminya yang rumit.

Awalnya, pelepah daun lontar yang sudah dihilangkan daunnya diolah dengan cara ditumbuk hingga seratnya keluar. Serat yang seperti tali inilah yang menjadi bahan utama songkok "Recca" ini.

Setelah serat dipisahkan, selanjutnya dikumpulkan menjadi gulungan tali kemudian dijemur hingga dua hari. Serat inilah yang dianyam menggunakan peralatan tradisional hingga berbentuk songkok. Setelah proses pembentukan songkok maka dilanjutkan dengan pewarnaan dengan menggunakan zat pewarna dari batang pohon kayu jambu mente yang direbus hingga mendidih. Hasilnya adalah warna cokelat yang merupakan warna dasar songkok ini.

Selanjutnya dijemur di tengah terik matahari hingga tiga hari kemudian ditanam di tengah kubangan lumpur hitam. Tujuannya untuk memberikan warna yang abadi indah yakni warna cokelat kehitam-hitaman.

Kemudian songkok kembali diolah menjadi berbagai macam warna sesuai dengan warna pemesan, dalam proses kali ini benang yang digunakan adalah benang berwarna kuning emas. Ini karena ciri khas songkok "Recca" ini adalah warna kuning dan hitam.

"Kalau sudah begini terserah kita saja yang tentukan warnanya tergantung yang pesan tapi biasanya kita pakai warna kuning emas karena memang ini warnanya songkok dari dulu," ujar Marni, salah seorang perajin setempat.

Hasilnya pun sangat indah dan tentunya mempunyai kualitas yang awet tak dimakan usia. Sayang harga songkok di kalangan perajin ini terbilang murah yakni hanya Rp 25.000 per satu songkok.

Meski demikian, para perajin tetap bersyukur sebab hal ini sudah menjadi pendapatan mereka secara turun temurun selain bertani. "Memang murah, tapi mau bagaimana lagi. Mestinya pemerintah turun tangan mengatur pemasaran karena songkok ini banyak juga dikirim ke Malaysia dari pesanan orang Bugis yag merantau," ujar Sudirman salah seorang anggota setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com