Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kain Tenun Pegringsingan Diburu Wisatawan

Kompas.com - 08/10/2012, 15:55 WIB

TENGANAN, KOMPAS.com - Kain tenun tradisional Desa Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali, cukup terkenal hingga ke mancanegara. Wisatawan yang datang ke Karangasem, selalu menyempatkan diri mencari tenun tradisional khas Bali tersebut.

Seorang penenun, Ni Komang Sukmawati, menuturkan sejak remaja dirinya sudah biasa melakoni pekerjaan tersebut. Menurut perempuan asli Desa Tenganan Pegringsingan ini biasa menenun sepulang sekolah sejak duduk di bangku SMP. Namun waktu itu ia mengaku, belum fokus untuk menenun, hanya sekadar membantu usaha orang tuanya.

Di samping itu, menurut ibu dua anak ini, remaja Tenganan harus mampu menenun, karena saat upacara memasuki usia remaja, ada prosesi menenun yang harus didemontrasikan ke warga desa.

Tak banyak warga Tenganan yang melanjutkan studinya ke luar Karangasem. Namun, Sukmawati tertarik hijrah ke Kota Denpasar. Ia memilih jurusan Sastra Inggris di Universitas Warmadewa.

Namun, studinya terputus hanya sampai semester enam. Sukmawati keburu menikah dengan seorang laki-laki yang juga asli Desa Tenganan Pegringsingan.

Sejak itu, dia tidak punya ambisi apa-apa. Sebagai warga inti Desa Tenganan, Sukmawati tidak boleh terlalu banyak fokus berkarier. Hanya usaha menenun yang akhirnya menghidupi keluarganya.

"Tiyang (saya) tidak boleh terlalu terikat, karena sebagai warga inti saat upacara adat, kami harus ngayah (kerja sosial). Waktunya juga sampai larut sehingga kami harus benar-benar fokus," katanya.

Selama satu bulan, ada waktu-waktu tertentu upacara adat di Desa Tenganan. Walaupun beban tanggung jawab begitu berat dilimpahkan ke warga asli, menurut Sukmawati, desa juga memberi kontribusi besar kepada warganya. Tiap bulan, ada pembagian beras dan uang kepada warga inti.

"Pembagian ini hanya diberikan kepada warga inti. Sedangkan yang menikah ke luar dan tinggal di luar Tenganan, tidak mendapatkan hak yang sama," katanya sembari membentangkan benang di atas alat tenun tersebut.

Ia mengatakan, kain pengringsingan yang dibuatnya, terbagi menjadi "single ikat dan double ikat". Untuk busana laki-laki membutuhkan "saput" dengan lebar 24 centimeter (cm) sebanyak dua lembar.

Sedangkan, busana perempuan memerlukan kain selembar 40 cm. Untuk selendang atau disebut single ikat lebarnya 20 cm. Sukmawati biasanya  menyelesaikan satu kain sekitar dua pekan, jika ia tak sibuk ngayah untuk adat. "Saya banyak ngayah bulan ini, mungkin kain ini bisa selesai satu bulan ke depan," ucap Sukmawati sembari menunjukkan kain yang ditenunnya itu.

Ia menjelaskan, mulai dari pewarnaan sampai menjadi benang yang siap dipakai untuk menenun, memerlukan waktu dua tahun, dengan corak warna hitam, merah, cokelat.

Sejak pemerintah gencar mempromosikan Desa Tenganan, baik lewat media, banyak tamu lokal maupun asing ramai datang ke Tenganan. Apalagi pada bulan Agustus dan Desember, banyak tamu asing yang datang.

Namun, menurut Sukmawati, tiap hari ada saja tamu lokal yang datang ke Desa Tenganan. Untuk satu kain, ia menjual seharga Rp 200.000 hingga Rp 300.000. Uniknya, di Desa Tenganan, rumah penduduk langsung menjadi tempat pajangan kain Pegringsingan. Saat masuk, pengunjung langsung dapat melihat kain digantung di pintu masuk.

Peluang ekspor

Peluang ekspor kain tenun tradisional Indonesia, salah satunya tenun Pengringsingan untuk pangsa pasar ke negara Jepang sangat terbuka, karena masyarakatnya suka dengan motif etnik dan alami. "Masyarakat Jepang pada umumnya menyukai motif-motif etnik dan alami untuk busana, menataan ruang atau pun kamar tidur mereka," kata Pakar Tenun Tradisional Indonesia, Tria Basuki.

Ia mengatakan, tenun tradisional yang di ekspor itu adalah produk tenun dengan menggunakan ATBM (alat tenun bukan mesin). Artinya pengerjaannya tetap dikerjakan oleh perajin secara konvensional. "Saat ini yang sudah laku di pasar ekspor khususnya Jepang dan Eropa adalah produksi tenun tradisional dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Bali," kata wanita kelahiran Semarang, Jawa Tengah itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

    8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

    Hotel Story
    Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

    Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

    Travel Update
    Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

    Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

    Travel Tips
    3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

    3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

    Travel Update
    4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

    4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

    Travel Update
    Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

    Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

    Travel Update
    10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

    10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

    Travel Tips
    5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

    5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

    Jalan Jalan
    5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

    5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

    Travel Tips
    Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

    Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

    Jalan Jalan
    Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

    Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

    Jalan Jalan
    Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

    Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

    Jalan Jalan
    Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

    Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

    Travel Update
    Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

    Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

    Jalan Jalan
    Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

    Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com