Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah-bocah Beranting dari Tenganan

Kompas.com - 14/03/2013, 13:25 WIB

Oleh Mawar Kusuma

SEPERTI selalu ada yang baru ketika menginjakkan kaki di ”Pulau Dewata”. Kejutan kali ini datang dari bocah-bocah lugu di desa tua Tenganan, Karangasem. Sejak bayi, anak-anak di desa di sebelah timur Bali ini sudah dipersiapkan untuk mengukuhi budaya warisan nenek moyang.

Jika tidak bertanya kepada orangtua mereka, orang akan mengira Putu Darwis (3,5) dan Wahyu (3) adalah bayi perempuan. Mereka tampil cantik dengan perhiasan anting-anting emas bulat di kedua telinga. Hanya nama lahir yang menjadi tanda jenis kelamin mereka.

”Sesaat setelah lahir, bayi laki-laki harus mulai memakai anting. Biasanya akan dilepas di usia lima tahun,” kata Ratih (30), ibunda dari Wahyu.

Ibunda Putu Darwis, Marianti (31), sama sekali tak tahu alasan tradisi perhiasan anting bagi bayi lelaki dari Desa Tenganan. Ia hanya meneruskan kebiasaan yang berlaku di desa yang dikelilingi perbukitan itu.

Tenganan memang menyimpan keunikannya sendiri. Desa ini berbeda dengan desa lain di Bali karena mewarisi adat istiadat Bali Aga (pra-Hindu). Mereka menyatakan diri sebagai penghuni asli Pulau Bali.

Desa lain di Bali yang termasuk Bali Aga antara lain Trunyan, Sembiran, Cempaga, Sidetapa, Pedawa, dan Tigawasa. Penduduk Bali Aga sudah mendiami Bali sebelum pengaruh Kerajaan Majapahit meluas ke arah timur sekitar abad ke-14. Puluhan bocah dari Tenganan segera membaur di balai desa ketika rombongan wisatawan berdatangan ke desa yang telah menjadi destinasi wisata tersebut.

Warga segera menyuguhi para tamu dengan sajian tari Bali dan sate lilit khas Bali yang super pedas. Kepala Desa Tenganan I Putu Suarjana lalu menjelaskan sejarah Desa Bali Aga Tenganan yang sudah ada sejak abad ke-11.

Komunitas ini berbeda dengan mayoritas masyarakat Hindu Bali karena hampir tidak mengenal strata kelas sosial. Warga biasanya hanya menikah dengan sesama warga Tenganan. Prosesi pemakaman warga Tenganan juga unik karena jasad mereka dikubur tanpa pakaian dengan posisi telungkup menghadap ke arah laut. Di daerah ini juga tidak dikenal ngaben atau kremasi jenazah sebagaimana umumnya dilakukan di Bali dataran.

Luasan wilayah Desa Tenganan mencapai lebih dari 900 hektar. Tiap pekarangan yang terdiri dari empat unit bangunan rumah hanya dihuni satu keluarga. Satu unit bangunan digunakan untuk proses kelahiran dan satu unit lainnya hanya untuk persiapan proses pemakaman.

Jepretan kolang-kaling

Kelian Adat Desa Tenganan, I Ketut Sudiastika mengatakan bahwa seluruh kehidupan warga Tenganan dilingkupi dengan upacara keagamaan yang harus dipatuhi dari sejak masih di kandungan. ”Anting-anting menjadi salah satu ciri khas pria dari Desa Tenganan,” kata Sudiastika.

Lubang untuk menyangkutkan anting di telinga bayi dibuat dengan ritual khusus. Biasanya, bayi-bayi lelaki harus sudah dilubangi telinganya dari sejak usia tiga bulan.

Menurut Sudiastika, lubang itu dibuat dengan jepretan buah kolang-kaling yang dipotong berbentuk cincin. ”Pohon kolang-kaling merupakan simbol kekuatan. Lubang anting-anting di dua telinga ini menjadi simbol identitas kami,” tambah Sudiastika.

Tiga hari setelah dijepret, lubang telah terbentuk sempurna. Bayi-bayi mungil itu lantas siap memakai anting. Setelah dewasa, kaum pria dari Desa Tenganan wajib menghiasi diri dengan anting dari daun pisang ketika digelar upacara keagamaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com