Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Rising Moon" Mulai Dinyalakan di Hongkong

Kompas.com - 19/09/2013, 13:08 WIB
Tri Wahyuni

Penulis

HONGKONG, KOMPAS.com – Hongkong Tourism Board (HKTB) telah membuka Hongkong Mid Autumn Festival pada Sabtu (14/9/2013) lalu di Victoria Park. Pembukaan ini ditandai dengan dinyalakannya “Rising Moon”, lentera raksasa setengah bulat yang terbuat dari 7.000 botol plastik daur ulang.

“Rising Moon” merupakan centerpiece dari Hongkong Mid-Autumn Festival dengan tinggi sekitar 10 meter dan diameter 20 meter. Lentera ini terbuat dari botol plastik, rangka besi, kabel, dan lampu LED hemat energy yang terbuat dari bahan-bahan daur ulang.

“Rising Moon” dipasang di atas sebuah kolam. Hal ini dimaksudkan agar bentuk semi bulat lentera ini akan terefleksikan di air sehingga seperti berbentuk bulat penuh. Dengan efek pencahayaan yang diatur secara khusus lentera ini akan membentuk seperti fase-fase bulan.

Pengunjung dan penduduk lokal dapat menikmati instalasi lentera dan terinspirasi dengan konsep lentera yang menggabungkan konservasi lingkungan, vitalitas dan kreatifitas.

Lentera ini merupakan hasil karya empat arsitek muda Hongkong, yaitu Siu Kwok Kin Stanley, Chan Pui Hong Aden, Hui Chun Hoi Eddie dan He Yiteng yang memenangkan Gold Award di Lantern Wonderland Design Competition.

Selain membuka Mid Autumn Festival, HKTB juga membangun sebuah “Wishing Corridor”. HKTB juga mengundang para performer tarian naga api “Tai Hang Fire Dragon Dance” yang merupakan warisan kebudayaan nasional untuk berparade di Victoria Park pada malam Mid-Autumn Festival, Kamis (19/9/2013).

Para turis juga dapat mengunjungi daerah lain di Hongkong untuk menikmati kemeriahan dan acara-acara yang diselenggarakan oleh komunitas lokal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com