Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Indonesia Kembangkan Wisata Muslim

Kompas.com - 13/05/2014, 09:16 WIB
Fira Abdurachman

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Rata-rata angka pertumbuhan Muslim di dunia mencapai 1,5 persen setiap tahunnnya. Hal ini dipandang sebagai potensi besar dalam industri pariwisata global. Angka tersebut berdasarkan data Pew Research Centre Forum on Religion and Public Life, sebuah lembaga riset dunia.

Masih berdasarkan data yang sama, sektor makanan dan minuman halal adalah pengeluaran terbesar umat Muslim di dunia. Angka pengeluaran di sektor ini mencapai 16,6 persen atau sebesar 1.088 dollar AS dan diperkirakan akan terus bertambah.

Fakta di atas menunjukan wisata Islam atau wisata syariah sudah menjadi industri yang patut diperhitungkan di dunia. Membaca peluang tersebut, pariwisata Indonesia ke depan juga akan membuka diri terhadap konsep wisata Islam.

“Bahkan Indonesia bisa menjadi pemimpin di sektor ini. Artinya memanfaatkan turis yang datang ke Indonesia”, kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, di Jakarta, Senin (12/5/2013).

Di Indonesia, jumlah Muslim mencapai angka 88,1 persen dari jumlah penduduk. Dengan angka sebesar itu, jumlah pengeluaran di sektor pariwisawa bagi umat Muslim domestik sebanyak Rp 142,3 triliun. Data tahun 2012 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), turis muslim Indonesia berada di urutan kelima terbesar di dunia. Nomor satu adalah Iran dan kedua adalah Arab Saudi.

Buku panduan dari Kemenparekraf menyebutkan Indonesia mengarahkan wisata Islam ke wilayah-wilayah jajaran pulau Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara Barat. Hal ini berarti mulai dari Aceh, Sumatra Barat, Lampung, seluruh Jawa, dan Lombok.

Tempat-tempat menarik yang ditampilkan tidak terlalu berbeda dengan tempat atau atraksi turistik yang biasa ditawarkan. Di petunjuk wisata Islam Indonesia, ada beberapa tambahan tempat yang lebih memiliki nilai religi bernafaskan Islam seperti masjid atau surau, peninggalan sejarah terkait penyebaran agama Islam di tanah air, termasuk makam para tokoh dan raja Islam.

“Karena ada persektif bahwa wisata syariah itu tentang halal dan haram jadi seperti menakutkan. Padahal tidak, ini kan masalah fasilitas," tutur Sapta.

Sapta mengungkapkan pihaknya tengah menyiapkan proses sertifikasi dan legalisasi melalui kerja sama dengan pemangku kepentingan dan pelaku bisnis. Sasaran utamanya adalah para penyedia barang dan jasa dalam industri pariwisata seperti hotel, restoran, termasuk busana dan kosmetik yang sering dicari oleh para turis Muslim.

“Sebenarnya banyak fasilitas wisata Islam di kita ini, hanya saja deklarasinya yang belum terdengar," ucap Sapta.

Indonesia juga akan menjadi tuan rumah forum internasional wisata Islam atau The First OIC International Forum on Islamic Tourism 2014. Acara ini akan diselenggarakan pada 2-3 Juni 2014. Rencananya, forum ini akan dihadiri 57 negara Islam dunia. Acara tersebut bertajuk “Islamic Tourism: The Prospects and Challenges” atau "Wisata Islam: Masa Depan dan Tantangannya".

Dalam forum ini negara-negara Islam dunia yang juga anggota OKI atau Organisasi Kongres Islam bisa saling berbagi informasi dan saling mendukung meningkatkan wisata Islam di negara masing-masing. Forum ini disambut baik juga oleh para pelaku bisnis. Setiap perwakilan negara juga membawa rombongan pengusaha dan pelaku bisnis bidang pariwisata.

“Nah nanti bagaimana kita bisa mengambil peluang bisnis dalam pariwisata muslim ini," ungkap Direktur Eksekutif Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah Ismi Kushartanto di kesempatan yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com