Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tibet, Sebuah Perjalanan Impian

Kompas.com - 04/12/2014, 10:53 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – Kalau ada istilah ‘mengejar mimpi’, mungkin hal tersebut pula yang terlintas di kepala Feby saat menginjakkan kaki untuk mengelilingi Tibet. Pikirannya menerawang saat ia berusia 10 tahun, Feby kecil masih berada di bangku kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Saat itu mimpinya bukan soal cita-cita profesi tapi ingin menginjakkan kaki di Tibet.

Mungkin dulu, melakukan perjalanan ke Tibet bagai melakukan perjalanan yang utopis. Bayangkan, Tibet belum tentu ada dalam daftar kebanyakan pelancong. Tibet bukanlah pilihan destinasi, alasannya selain dana yang harus dikeluarkan relatif mahal tentu juga alasan risiko yang tinggi. Tapi hobi melakukan travelling tak mematahkan semangatnya untuk melakukan perjalanan pun sampai di Tibet. Hingga selesai melakukan perjalanan, Feby tak lelah menuangkan kisahnya untuk menjadi sebuah buku rekaman perjalanan “7 Hari 1.500 Km Mengelilingi Tibet”.

“Buku ini menjadi pembuktian bahwa saya benar-benar sudah pernah melakukan perjalanan ke Tibet. Bukan hanya itu, Tibet mungkin dikenal dengan medannya yang berat tapi ternyata dapat ditaklukkan oleh saya dan teman-teman yang tergolong orang biasa bahkan berusia di atas 40 tahun,” ungkapnya saat ditemui Kompas Travel.

Sempat ia mengisahkan, upayanya saat berkeliling Tibet. “Rasanya persiapan pakaian, obat hingga uang saja tidak cukup. Untuk sampai ke sana dibutuhkan mental yang kuat. Tapi segala pengorbanan terbayar sepenuhnya saat mendapatkan kepuasan pemandangan dan pengalaman perjalanan yang memuaskan,” tukasnya kembali.

Dalam buku setebal 270 halaman terbitan Penerbit Buku Kompas yang telah dipublikasi sejak 27 Oktober 2014 ini, Feby mengisahkan tentang perjalanan lima ‘orang kota biasa’ dengan lima profesi kerja (pekerja, perancang busana, pengusaha, dokter dan ibu rumah tangga) yang memiliki satu kesamaan yaitu tidak memiliki pengalaman hidup di ketinggian. Sepakat melakukan perjalanan darat dari Kathmandu Nepal hingga Lhasa Tibet. Menempuh lebih dari 1.500 kilometer, melintasi jalan di tepi jurang tak berdasar hingga hal mengejutkan lainnya. Buku lebih hidup karena disertai foto-foto berwarna hasil dokumentasi pribadi.

Shutterstock Tibet

“Tak seperti perjalanan biasa, untuk naik ke Tibet ada pemeriksaan tentara Tiongkok tiap 30 menit di wilayah pegunungan Himalaya. Kami juga sempat ambruk dan sakit parah karena kekurangan oksigen di awal perjalanan hingga akhirnya mewujudkan cita-cita lama untuk menetap di The North Face, Puncak Gunung Everest dengan mata telanjang dari ketinggian 5.150 meter. Ini jadi pembuktian bahwa Himalaya bukan hanya anak gunung dan petualan ekstrem tapi juga orang biasa,” ungkap Feby.

Menariknya, Feby mengemas bukunya bukan seperti buku perjalanan populer saat ini yang sarat dengan tips atau narasi dari satu kisah tokoh saja. Ia detil menceritakan kisahnya bak sebuah novel travel dengan gaya penulisan ringan. Selayaknya novel, Feby memakai banyak dialog, penggambaran karakter dan penokohan yang kuat. Drama tentu saja menjadi bagian penting dalam buku yang berlatar belakang lokasi Tibet ini.

"Perjalanan ke Tibet dilakukan bulan April 2014. Lebih dari itu, setia tahunnya saya memang harus melakukan perjalanan. Traveling hampir sudah menjadi kebutuhan di mana saya bisa mendapatkan waktu terbaik untuk kontemplasi," ujarnya lagi.

Setelah melakukan perjalanan ke Tibet, Feby justru dapat menyelesaikan penulisan buku ini hanya dalam waktu 10 hari. Perjalanan ke Tibet terekam jelas dalam pikirannya. "Cerita berkali-kali pun tetap semangat," ungkapnya sambil tertawa. 

“Saya seperti menemukan rasa baru dalam buku perjalanan. Feby mengemasnya dengan sangat baik. Bagian pentingnya ialah penggambaran impian yang terwujud. Bagus sebagai inspirasi penulisan buku perjalanan ke depannya agar lebih berwarna,” ungkap Asita DK, seorang penulis buku yang turut mengemukakan pendapatnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com