Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menapaki Puncak Tambora, Menjadi Saksi Kemegahannya

Kompas.com - 19/02/2015, 10:11 WIB
SESUAI rencana, pada hari kedua, Tim Selatan Ekspedisi 200 Tahun Gelegar Tambora mulai mendaki Gunung Tambora. Selain untuk merasakan sensasi petualangan alam, pendakian ini juga bermaksud "menyaksikan" betapa dahsyatnya letusan Tambora 200 tahun lalu, lewat fitur geologis yang tersisa di badan gunung.

Dari Desa Pancasila, perjalanan dimulai pukul 8.00 WITA, dengan terlebih dulu berjalan kaki sejauh empat kilometer menuju Pintu Rimba. Mengingat saat ini habis hujan, jalur menuju Pintu Rimba begitu becek. Maklum, jalan masih berupa tanah. Di kiri-kanan jalan, tumbuh lebat pohon-pohon kopi. Desa Pancasila memang menjadi salah satu penghasil kopi Tambora.

Dari Pintu Rimba, tim menuju Pos 1. Di ruas ini, jalan didominasi tanjakan landai, ditemani beberapa gemericik mata air. Total waktu dari Desa Pancasila ke Pos 1 adalah sekitar tiga jam.

Menjelang Pos 1, kami dikejutkan oleh suara tembakan. Ternyata, ada satu peleton anggota Kopassus yang sedang melaksanakan latihan, sebagai bagian dari kegiatan Ekspedisi NKRI 2015.

Firman Firdaus/National Geographic Indonesia Siluet pendaki di puncak Gunung Tambora berketinggian 2.850 meter. Gunung bertipe stratovolcano aktif ini terletak di Pulau Sumbawa, Indonesia dan pernah mengalami letusan mahadahsyat tahun 1815.
Perjalanan Pos 1 ke Pos 2 masih didominasi landaian, dengan beberapa titik tanjakan batu tajam. Hutan mulai terasa rapat dengan tumbuhan pakis yang kerap menutup jalur. Pacet mulai menempel di tubuh masing-masing anggota tim. Pos 2 ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam.

Dari Pos 2 ke Pos 3, kami mesti melewati sungai kecil berair deras. Setelah melewati bagian ini membutuhkan kehati-hatian ekstra karena jalur yang sempit dan licin.

Kami sampai di Pos 3 menjelang Ashar, dan memilih untuk berkemah di sini. Pada pukul 1.00 malamnya, kami berkemas untuk menuju Puncak.

Dari Pos 3 ke Pos 4 merupakan jalur "neraka jelatang" karena begitu banyaknya tanaman ini di kiri-kanan jalur yang kian rapat oleh vegetasi hutan hujan. Kami sempat terkena dampaknya, yang serupa gigitan tawon: panas, pedih, perih.

Hanya butuh 30 menit dari Pos 3 ke Pos 4, begitu pula dari Pos 4 ke Pos 5, namun jalur kian menanjak. Penyiksaan sesungguhnya dimulai dari Pos V ke puncak: tanjakan kian terjal dan curam, dengan jalan berbatu. Menuju puncak utama juga butuh perjuangan besar karena jaraknya yang jauh dari batas vegetasi puncak.

Tim berhasil mencapai puncak pada pukul 6.00. (Firman Firdaus)

Ikuti terus perjalanan tim Ekspedisi 200 Tahun Gelegar Tambora lewat media sosial (Twitter, Facebook, Instagram) dengan tagar #Tambora200

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com