Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Jamik Sumenep Punya Pemandu Wisata

Kompas.com - 28/06/2015, 14:25 WIB

SUMENEP, KOMPAS.com - Takmir Masjid Jamik Keraton Sumenep, Jawa Timur, mempunyai dua pemandu wisata untuk melayani sekaligus memberikan informasi kepada para pengunjung masjid yang dibangun pada 1779 hingga 1787 tersebut.

"Sejak dulu, masjid ini menjadi salah satu tujuan wisata (religi) yang ramai dikunjungi oleh warga luar daerah pada akhir pekan dan hari-hari tertentu. Oleh karena itu, kami menunjuk dua pengurus untuk bertindak layaknya pemandu wisata," kata Ketua Takmir Masjid Jamik Keraton Sumenep, Husin Satriawan di Sumenep, Jumat (26/6/2015).

Ia menjelaskan, pihaknya tidak main-main dalam menyiapkan dua pengurus takmir masjid itu sebagai pemandu wisata.

"Dua pengurus tersebut diikutkan kursus singkat menjadi pemandu wisata. Waktu kursusnya selama seminggu. Selain itu, kami juga bersinergi dengan pihak terkait di Dinas kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Sumenep," ujarnya.

Husin juga mengemukakan, jumlah pengunjung dari luar daerah yang datang ke masjid pada 2013 sebanyak 40.750 orang dan pada 2014 sebanyak 61.350 orang.

"Namun, bisa saja jumlah melebihi angka tersebut, karena kami hanya mencatat pengunjung yang melapor ke pengurus takmir masjid," kata Husin, menambahkan.

Pengunjung dari luar daerah yang datang ke Masjid Jamik Keraton Sumenep, biasanya secara berombongan dan menggunakan bus.

Dalam laman milik Disbudparpora Sumenep, masjid tersebut didirikan pada era pemerintahan Panembahan Somala, Adipati Sumenep yang memerintah pada 1762-1811 M. Pelaksanaan pembangunan masjid yang memiliki nama asli Masjid Jamik Panembahan Somala itu dimulai pada 1779 dan selesai pada 1787.

Pembangunan masjid yang diarsiteki oleh Lauw Piango (arsitek asal Tiongkok) tersebut memang berhubungan dengan Keraton Sumenep. Kala itu, masjid tersebut akan difungsikan sebagai tempat ibadah bagi keluarga keraton dan masyarakat.

Masjid yang sekarang diberi nama Masjid Jamik Keraton Sumenep itu memiliki corak arsitektur yang dipengaruhi oleh unsur kebudayaan Tiongkok, Arab Persia, Eropa, Jawa, dan Madura. Itu terlihat pada pintu masuk utama masjid yang bernuansa kebudayaan Tiongkok dan Portugis.

Keragaman corak arsitektur semakin terasa, jika melihat bagian atap yang bersusun dengan puncak bagian atas menjulang tinggi layaknya beragam bentuk candi di Pulau Jawa. Selain pada bagian atap, pengaruh budaya Jawa juga terlihat di dalam bangunan utama yang terdiri dari 13 pilar besar dan ukiran yang menghiasi 10 jendela dan sembilan pintu.

Sementara itu, pengaruh budaya Madura terlihat pada pemilihan warna pintu utama dan jendela-jendela masjid. Keragaman lainnya juga terlihat pada bentuk mihrabnya yang bernuansa kebudayaan Tiongkok dengan hiasan keramik khas Tiongkok dan minaret setinggi 50 meter di sebelah barat masjid yang dipengaruhi oleh arsitektur Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com