JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan infrastruktur berupa jalan menuju obyek wisata semestinya disesuaikan dengan karakteristik wilayah. Hal tersebut bertujuan untuk membantu melestarikan keberadaan obyek wisata.
"Sebetulnya sarana jalan, transportasi (di Indonesia) sudah bagus. Jadi jangan dibayangin semuanya ideal," kata Ketua Koperasi Wisata Bromo Tenger Sejahtera Tosari, Trisno Sudigdo kepada KompasTravel di sela-sela acara "Forum Bisnis Tata Kelola Destinasi Pariwisata Tahun 2015) di Hotel Discovery, Jakarta, Kamis (5/11/2015).
Ia menjelaskan akses jalan yang ideal tersebut adalah jalan yang mulus. Trisno memberikan contoh pada wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan nusantara maupun mancanegara.
"Kalau Bromo Tengger Semeru itu kan wilayah konservasi. Jadi harus disesuaikan supaya gak mass tourism," jelasnya.
"Bisa diganti menjadi mulus jalan yang dilewati oleh jeep tapi nanti kan kehilangan keunikannya. Di situ kan nilai jualnya," ujarnya.
Infrastruktur menuju obyek wisata di Indonesia merupakan sebuah tantangan untuk mengembangkan pariwisata. Para pemangku jabatan di daerah kerap mengungkapkan permasalahan pengembangan pariwisata Indonesia.
"Pariwisata Garut tak terkenal (oleh wisatawan) karena jalan rusak. Lalu ada kesulitan jalan ke Garut macet," ungkap Bupati Garut, Rudi Gunawan kepada wartawan saat acara "Dialog Bupati & Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut" di Kamojang Green Hotel & Resort, Garut, Jawa Barat, September lalu.
"Problem di Nusa Tenggara Timur itu infrastruktur. Jalanan menuju ke Lembata dari bandara kurang bagus," kata Sari kepada KompasTravel usai acara pembukaan acara "Fotografi Nusantara, Pesona Indonesia: Tribute to NTT" di Lippo Puri Mall, Jakarta, Oktober lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.