Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2016, 19:23 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com — Pengunjung Kebun Raya Bogor yang ingin melihat keindahan mekarnya bunga bangkai dan bunga raflesia sering kali menyamakan keduanya. Banyak yang menyebut bunga raflesia arnoldi sebagai nama latin dari bunga bangkai. Salah penafsiran ini banyak terjadi di kalangan wisatawan lokal dibanding wisatawan asing.

Hal ini seperti yang dikatakan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) khusus bunga bangkai di Kebun Raya Bogor, dra Yuzammi, MSc, ketika ditemui KompasTravel di Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor, Rabu (4/2/2016).

"Pengunjung lokal kita dari tahun ke tahun masih saja banyak yang menyamakan bunga bangkai dengan bunga raflesia. Justru, turis asing banyak mengerti tentang ini. Padahal, ini bunga langka endemis Indonesia," ujarnya.

Kebun Raya memang memisahkan pembibitan hingga area tanam kedua bunga tersebut. Setiap lokasinya pun sudah dilengkapi papan penjelasan mengenai bunga yang ada di area tersebut.

Yuzammi menjelaskan, terkadang ketika yang mekar bunga bangkai, pengunjung menyebutnya raflesia; dan ketika bunga raflesia mekar, pengunjung menyebutnya bunga bangkai.

Kebun Raya Bogor telah mengupayakan edukasi bagi wisatawan dengan papan-papan penjelasan di sekitar Kebun Raya, hingga menyebarkan buku jenis-jenis tanaman kepada anak-anak sekolah.

"Edukasi sudah sering kami lakukan, selain lewat papan-papan penjelasan tanaman, juga lewat selebaran. Bahkan, pernah juga membuat buku bacaan untuk anak-anak yang kami bagikan," ujar Sofi Mursidawati, peneliti LIPI khusus bunga raflesia di Kebun Raya Bogor.


Selain tanaman yang berbeda dalam hal bentuk, Yuzammi menjelaskan, kedua tumbuhan langka tersebut memiliki banyak perbedaan dalam daur hidup ataupun sejarahnya.

"Meskipun sama-sama mengeluarkan bau bangkai, bunga raflesia adalah parasit, yang hanya bisa hidup bergantung dari pohon inangnya. Sementara itu, bunga bangkai memiliki umbi, batang, hingga akar sendiri sehingga bisa mencari makan sendiri," ujar Yuzammi.

Dia memaparkan, bunga bangkai yang memiliki nama latin Amorphophallus titanum dapat tumbuh melalui biji bunga dan juga umbi. Namun, jika dari biji, tanaman tersebut perlu puluhan tahun untuk tumbuh dan berbunga. Jika dari umbi, tanaman tersebut akan tumbuh lebih cepat tergantung usia dari umbi yang ditemukan di hutan.

Koleksi puspa langka tersebut di Kebun Raya Bogor berjumlah 10 jenis, antara lain titanum, gigas, moeleri, dan variabilis. Semuanya berasal dari hutan Sumatera.

"Bunga bangkai di Kebun Raya Bogor berasal dari hutan-hutan di Sumatera. Karena ini tumbuhan endemis sana, maka kami mencari bibitnya langsung di hutan. Namun, jika umbi yang kami bawa terluka sedikit ketika dibawa dari sana, maka tidak akan tumbuh, malah membusuk di jalan," urai Yuzammi.

Berbeda dengan bunga bangkai, meski sangat bergantung dari inangnya, biji bunga raflesia tidak akan tumbuh di sembarang pohon.

"Raflesia sendiri bunga yang sangat selektif. Ia tidak akan tumbuh selain di pohon tetrastigma, sejenis anggur hutan. Itu pun tidak bisa di semua jenis pohon tersebut. Hanya pada waktu yang tepat dan nutrisi yang pas, baru raflesia akan tumbuh. Belum tentu juga mekar, tergantung cuaca, tanah, dan banyak lagi," kata Sofi kepada KompasTravel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Travel Update
Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Travel Update
6 Hotel Dekat Beach City International Stadium Ancol, mulai Rp 250.000

6 Hotel Dekat Beach City International Stadium Ancol, mulai Rp 250.000

Hotel Story
4 Hotel Dekat Pantai di Cilacap, Tarif Rp 250.000-an

4 Hotel Dekat Pantai di Cilacap, Tarif Rp 250.000-an

Hotel Story
5 Wisata Air Terjun di Karanganyar, Ada Ngargoyoso dan Jumog

5 Wisata Air Terjun di Karanganyar, Ada Ngargoyoso dan Jumog

Jalan Jalan
Pengalaman ke Desa Wisata Koto Kaciak, Coba Panen Madu Lebah Galo-Galo

Pengalaman ke Desa Wisata Koto Kaciak, Coba Panen Madu Lebah Galo-Galo

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com