Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengejar Cenderawasih, Burung dari Surga Papua

Kompas.com - 20/06/2016, 18:08 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

KOMPAS.com - Tepat pukul enam pagi, Sabtu (11/6/2016), KompasTravel bersama tim ekspedisi Saireri dari WWF Indonesia, turun dari Kapal Gurano Bintang. Kami semua menaiki remora, sekoci Kapal Gurano Bintang menuju Kampung Barawai, di Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua.

Hari sebelumnya tim WWF Indonesia melakukan survei terkait potensi ekowisata, pendidikan, kesehatan, dan sosial masyarakat. Kampung Barawai memiliki potensi ekowisata yang luar biasa, salah satunya adalah pengamatan burung Cenderawasih secara langsung.

Uniknya pengamatan cendrawasih di Kampung Barawai memiliki tata cara berbeda dibanding tempat lainnya. Di sini proses pengamatan cendrawasih dimulai dari ritual berkunjung ke kuburan nenek moyang.

"Sebelum masuk melihat Cenderawasih, kita siapkan takesi. Takesi itu dibawa untuk leluhur minta izin untuk memasuki hutan," ungkap Agus Rumapaidis, pawang burung cenderawasih dari Kampung Barawai.

Takesi teridiri dari sirih, pinang, dan juga rokok, yang dijadikan sesaji untuk para leluhur kampung Barawai.

"Ada pengaruhnya kalau tak pakai takesi bisa tak lihat burung," ungkap Agus.

Setelah melakukan ritual takesi, maka tim langsung menuju tempat melihat burung cendrawasih yang berda di huta ujung tanjung kampung barawai.

Kami harus memasuki hutan sedalam 400 meter, dengan kontur alam yang cukup menantang. Jalan hutan licin dengan kondisi basah dan harus melewati sungai. 

"Sebenarnya tahun 1992 kawasan ini sudah dikenal untuk melihat cendrawasih. Tahun 2007 dibangun jembatan untuk melewati sungai, tapi sekarang sudah hancur," cerita Agus.

Melihat burung yang digadang sebagai "Bird of Paradise" (burung dari surga) ini memang tak mudah, harus disesuaikan dengan waktu burung cenderawasih keluar dari sarang untuk berosialisasi dengan sesamanya, yakni di pagi dan sore hari.

Selain itu, burung ini hanya tinggal di beberapa kawasan dengan habitat asli di pohon kayu besi, kayu minyak, dan pohon beringin. Melihatnya harus penuh kejelian mata karena burung cenderawasih hanya terbang di dahan teratas pohon.

WWF Indonesia Burung Cenderawasih atau disebut pula Bird of Paradise.
Peluh mulai bercucuran mengejar waktu kemunculan burung cenderwasih. Saat matahari semakin naik, maka makin sedikit waktu burung ini keluar dari sarangnya. 

Akhirnya sampailah kami di pohon pertama, pohon beringin besar dengan ketinggian sekitar tiga puluh meter. Semua orang yang ingin melihat burung cenderawasih harus mematuhi satu syarat, tak boleh bersuara dan banyak melakukan gerakan.

Tak beberapa lama, Agus mulai berbisik, "Ke sini-sini. Di sini terlihat jelas."

Untuk pertama kalinya, saya melihat burung cenderawasih langsung di habitatnya. Lebih takjub lagi, yang saya lihat adalah burung cenderawasih jantan.

Burung cenderawasih jantan terkenal akan kecantikannya, dengan ekor panjang yang berkibas dengan bulu campuran warna putih, kuning, dan coklat keemasan. Burung ini terbang sekelibat, lalu menghilang tertutup rindangnya pohon.

Setelah itu yang terdengar hanya suaranya yang merdu, dan beberapa burung cenderawasih betina. Burung cenderawasih memang terkenal sebagai burung poligami. Satu jantan dapat kawin dengan beberapa betina dalam kurun waktu kawin satu hari dapat mencapai empat kali.

Untuk menarik perhatian, maka burung cenderawasih jantan akan bersaing dengan melakukan 'tarian' dan 'nyanyian', memamerkan bulu dan suaranya yang indah.

Hari itu, lengkap sudah pengalaman melihat burung surgawi dari habitatnya langsung. Jika Anda ke Papua, jangan lewatkan kesempatan untuk melihat burung surgawi yang membuat takjub ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com