Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kami, Cerita Ramadhan Tergelap di Perut Bumi...

Kompas.com - 03/07/2016, 19:37 WIB

KOMPAS.com - Segalanya memang tampak gelap total. Semakin dalam, bahkan kegelapan itu semakin menyergap. Namun, begitu sinar headlamp dinyalakan, yang terhampar di sekeliling adalah ornamen-ornamen Gua Asem yang memikat. Bikin lupa waktu kalau saat ini sedang berpuasa.

Toh, bukan perkara gampang juga bisa blusukan ke dalam gua itu. Gua Asem atau Gua Ciasem memiliki rintangan berupa pitch-1 sedalam kurang lebih 18 meter. Kami menuruninya dengan seutas tali kernmantle melalui sebuah teras kecil, sebelum akhirnya tiba di sebuah chamber atau aula cukup luas di dasarnya.

Selanjutnya, satu-persatu kami masuk ke celah sempit sepanjang 28 meter menuju pitch-2. Sesampainya di situ, kami pun menuruni sistem dengan tali setinggi 3 meter yang dibuat sebelumnya oleh rekan kami yang lain.

Setelah semua turun, kami kemudian berjalan melewati lorong cukup besar. Cahaya-cahaya dari lampu di kepala kami seketika menerangi seisi kegelapan lorong dan tampaklah stalaktit dan stalakmit menghiasi pemandangan. Beberapa column dan gordyn juga kami temui di sisi sepanjang dinding gua.

Hingga akhirnya, kami pun tiba di ujung gua, Untuk mencapainya, kami masih harus menuruni tali setinggi 8 meter hingga di dasarnya. Setelah sistem tali terpasang, semua pun turun. 

Tak terasa, sudah dua jam lebih kami habiskan waktu untuk mencapai dasar Gua Asem ini. Setelah melakukan pendokumentasian, kami segera bergegas memetakan gua ini. Semua kami petakan mulai ujung gua hingga ke mulut gua tempat kami mengawali petualangan ini.

Tepat pukul 14.00, pemetaan selesai. Total waktu kami habiskan di gua ini adalah empat jam. Ya, empat jam di dalam perut bumi yang gelap namun indah ini.

Sekonyong-konyong, terdorong perut lapar dan kondisi lelah karena berpuasa, terbayang es buah sudah menanti di kemah yang kami dirikan tak jauh dari mulut gua ini. Semangat kami pun kembali untuk segera menyudahi petualangan ini dan kembali ke "dunia luar" tempat kami berasal.

Menantang ditelusuri

Seperti itulah kesan pertama kami setelah masuk ke dalam lorong-lorong Gua Ciasem atau Gua Asem, JUmat (24/6/2016) lalu. Bagi kami, tim penelusur gua Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI), bulan Ramadhan yang penuh berkah bukan semata nikmat berpuasa, tapi sekaligus juga bisa menikmati ciptaan-Nya dalam kondisi berpuasa penuh.

Saya bersama enam anggota Mapala UI lainnya memang sengaja mengisi libur puasa ini dengan menelusuri Gua Asem. Perjalanan tersebut rangka persiapan menghadapi 'Wonogiri Caving Expedition 2016' yang kami rancang pada Agustus nanti.

Gua Asem atau Ciasem sendiri berada di Desa Leuwikaret, Klapanunggal, Bogor. Di kalangan pecinta alam, khususnya penelusur gua di kitaran Bogor, gua ini cukup dikenal menantang ditelusuri.

Melongok sejarahnya berdasarkan penuturan Eman (50), warga Desa Leuwikaret yang mengantarkan tim ke entrance (mulut) gua, nama gua ini adalah Gua Napel. Dalam bahasa Sunda, "napel" berarti "lengket".

Adapun nama Asem atau Ciasem, menurut Eman, lebih dikenal di kalangan pecinta alam, lantaran dahulunya terdapat pohon asem tak jauh di utara mulut gua tersebut. Inilah cikal bakal penamaan Gua Asem.

Gua itu sendiri letaknya tepat di bukit belakang rumah Eman. Perjalanan menuju mulut gua ini bisa dijangkau dengan berjalan kaki menanjak selama kurang lebih 30 menit.

Karena berbentuk gua vertikal, butuh waktu satu jam bagi kami merancang sistem tali temali untuk menuruni gua ini. Agak sulit memang. Tapi, justeru di situlah cara kami menguji diri untuk menghadapi tantangan sesungguhnya nanti di 'Wonogiri Caving Expedition 2016'.

(ARI NALDI/MAPALA UI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com