Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Bebas Visa Butuh Evaluasi

Kompas.com - 23/07/2016, 22:37 WIB

NIAS, KOMPAS - Pemerintah perlu segera mengevaluasi kebijakan pemberian bebas visa bagi warga negara dari 169 negara. Arus lalu lintas warga negara asing yang semakin deras perlu diantisipasi dan dievaluasi agar tidak sampai mengancam keamanan dan kedaulatan negara.

Desakan untuk evaluasi menguat karena munculnya beberapa persoalan yang diperparah dengan penerapan kebijakan bebas visa.

Beberapa di antaranya, peningkatan pelanggaran izin tinggal yang dilakukan sejumlah warga negara asing, meningkatnya tenaga kerja WNA yang memanfaatkan bebas visa kunjungan lalu mempersulit perebutan lapangan kerja di Indonesia, serta pintu masuk terhadap jaringan narkoba dan terorisme.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly di sela kunjungan kerja ke Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara, Jumat (22/7/2016), mengatakan, pemerintah akan mengevaluasi kebijakan bebas visa setelah diterapkan selama satu tahun. Sejauh ini, kebijakan pembebasan visa untuk 169 negara telah berjalan selama enam bulan.

”Memang, pada waktunya itu perlu dievaluasi. Kalau misalnya ada negara yang wisatawannya tidak signifikan dan lebih banyak membahayakan serta melanggar aturan imigrasi, itu akan dievaluasi,” kata Yasonna.

KOMPAS.COM/WAHYU ADITYO PRODJO Wisatawan mancanegara tengah menuruni tangga sebelum memulai pengarungan Sungai Ayung dari titik awal pengarungan di Desa Payangan, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu (5/3/2016) sore.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, negara yang warga negaranya paling banyak melanggar kebijakan bebas visa adalah Tiongkok, Banglades, Filipina, Irak, Malaysia, Vietnam, Myanmar, India, dan Korea Selatan.

WN Tiongkok menduduki peringkat pertama dengan jumlah yang signifikan, yakni 1.180 pelanggaran pada Januari-Juli 2016. Adapun Banglades (172), Filipina (151), dan Irak (127). Sanksi yang paling banyak dijatuhkan adalah deportasi. Selama tujuh bulan terakhir, 2.856 kasus pelanggaran oleh WNA dijatuhi sanksi deportasi.

Pekerja asing

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI-P daerah pemilihan Banten 3, Marinus Gea, di sela-sela kunjungannya di Pulau Nias, mengatakan, banyaknya pelanggaran imigrasi dan penyelewengan bebas visa patut diperhatikan serius agar pemerintah segera melakukan evaluasi.

”Ini mulai mengganggu kedaulatan negara. Apalagi, dengan munculnya banyak tenaga kerja asing, seperti dari Tiongkok yang kita temukan di sejumlah pabrik, mengerjakan yang bisa dikerjakan oleh warga negara kita. Pemerintah jangan sampai hanya mengejar kuantitas, tetapi tidak membentengi kedaulatan negara sendiri,” kata Marinus.

Anggota Komisi IX DPR, Irma Suryani, yang membawahi ketenagakerjaan, mengatakan, momentum Masyarakat Ekonomi ASEAN jangan sampai mengabaikan rasa keadilan masyarakat. Banyak WNA, seperti dari Tiongkok, yang memanfaatkan momentum itu serta kebijakan bebas visa masuk ke Indonesia lalu memperpanjang masa tinggal dan bekerja di Indonesia.

TRIBUNNEWS/HERUDIN Wisatawan mancanegara menikmati suasana di kawasan Kota Tua Jakarta Barat, Kamis (4/9/2014).
Kriteria evaluasi

Menurut Yasonna, kriteria negara yang akan segera dievaluasi adalah negara yang warganya banyak menyalahgunakan bebas visa kunjungan untuk menetap dan bekerja di Indonesia. Kriteria lain adalah negara penerima bebas visa yang jumlah wisatawannya ternyata tidak signifikan dan tidak menyumbang banyak devisa bagi Indonesia.

Terkait dengan WNA dari Tiongkok yang menduduki peringkat pertama pelanggar imigrasi, Yasonna mengatakan, pemerintah masih berhati-hati menyikapinya. Di satu sisi, pemerintah mengharapkan potensi wisata dari WNA Tiongkok, tetapi di sisi lain, banyak pelanggaran imigrasi yang muncul karena bebas visa untuk Tiongkok.

”Jujur saja, kalau kita lihat dari tingkat pelanggaran, Tiongkok memang paling banyak. Namun, itu tidak bisa dijadikan patokan juga karena angka wisatawan dari mereka memang paling banyak. Wajar jika lebih banyak jumlahnya, lebih banyak persoalannya,” kata Yasonna. (AGE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com