BANTEN, KOMPAS.com - Kapal pinisi kerap menghiasi stan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di berbagai acara internasional. Bentuknya bermacam-macam mulai dari replika berukuran kecil, hingga berukuran besar.
Stan Kemenpar dengan latar belakang berupa kapal pinisi biasanya menghabiskan biaya yang mahal. Seperti acara Thailand Dive Expo (TDEX) 2016 di Queen Sirikit National Convention Center, Bangkok, Thailand, pembuatan latar kapal pinisi menghabiskan uang sebanyak Rp 2 milyar.
Dari catatan KompasTravel, Kementerian Pariwisata telah menampilkan kapal pinisi di acara Thailand Dive Expo (TDEX) 2016, Internationale Tourism Bourse (ITB) Berlin 2016, Seatrade Cruise Asia 2016 di Busan, Korea Selatan, bahkan sejak tahun 2014 saat mengikuti bursa promosi wisata terbesar di Belanda, Vakantiebeurs.
Yang terbaru, Kementerian Pariwisata kembali menghadirkan kapal pinisi pada acara Pacific Asia Travel Association (PATA) Travel Mart di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang Selatan, Banten. Paviliun perahu pinisi di PATA Travel Mart seluas 450 meter persegi terdiri dari dua lantai.
Dari catatan KompasTravel tersebut, mengapa Kementerian Pariwisata kerap menghadirkan kapal pinisi menjadi konsep stan? Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana menjelaskan alasan kehadirian perahu pinisi tersebut.
"Kita ini tahun 2014, itu sempat pakai karang. Nah, kalau dipikir kan karang Indonesia dan di mana-mana kan sama. Kalau pakai foto mancing, itu juga di mana-mana juga sama. Kita pilih yang beda perahu pinisi," kata Pitana kepada KompasTravel di sela-sela acara PATA Travel Mart di Banten, Jumat (9/9/2016).
"Kesimpulannya, kita pelihara selama tiga tahun dan kita gunakan untuk promosi. Kalau Jakarta kan dikenal dengan Monas, kapal pinisi ini sebagai brand association. Kalau lihat pinisi itu orang langsung tahu Indonesia, Kita buat yang unik identitasnya," jelasnya.
Ia mengatakan, penggunaan kapal pinisi sebagai asosiasi merek Indonesia akan dinilai pada bulan Oktober. Bentuk-bentuk seperti komodo, rumah adat Toraja bisa dimungkinkan untuk muncul.
"Bulan Oktober lagi nanti kita rapat lagi. Apa ganti Komodo, rumah Toraja. Bisa jadi dipakai lagi, atau tahun depan ganti," ungkapnya.
Seperti diketahui, pinisi adalah jenis kapal layar tradisional Indonesia. Perahu ini menjadi bagian dari budaya suku Bugis dan Maluku. Awalnya, perahu layar ini digunakan penduduk untuk mengangkut barang. Namun seiring perkembangan zaman, banyak yang membuat ini untuk tujuan wisata maupun komersial.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.