Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Manakah Tradisi Makan Nasi Liwet Ramai-ramai?

Kompas.com - 15/06/2017, 22:04 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Tradisi makan nasi liwet beramai-ramai ternyata telah ada sejak lama. Di beberapa daerah, tradisi ini memiliki nama khusus. Seperti megibung di Bali, bancakan di Sunda, dan lain-lain.

Saat ini tren tersebut kembali melanda masyarakat, bahkan kaum urban. Mengonsumsi nasi liwet dengan cara memanjang dan disantap bersama banyak orang, kian ramai dilakukan.

“Liwetan yang lagi trend sekarang adalah makan bersama-sama di meja panjang dan duduk di kursi atau lesehan, nasi dan lauknya disajikan di atas daun pisang,” ujar Santhi Sherad, Founder Komunitas Aku Cinta Masakan Indonesia, saat ditemui KompasTravel, Kamis (8/6/2017).

Namun, dari manakah sebenarnya tradisi tersebut bermula?

BACA: Ini Ternyata Perbedaan Nasi Liwet Sunda dan Jawa

Salah satu Dosen Sastra Jawa Universitas Indonesia, Prapto Yuono mengatakan kebiasaan tersebut dimulai dari tradisi dan pengaruh agama Islam di pesantren-pesantren dahulu.

“Soal kebiasaan makannya yang disusun memanjang ini kan varian atau variasinya slametan. Cara ini dimulai dari tradisi pengaruh agama Islam. Kelihatannya dimulai dari hampir semua pesantren di Jawa sejak dahulu,” ujarnya saat dihubungi KompasTravel, Jumat (9/6/2017).

Hal senada dikatakan salah satu ahli kuliner Indonesia, William Wongso. Ia mengatakan tren tersebut hanya ingin menghadirkan kebiasaan sejak dulu di kelompok-kelompok masyarakat tertentu.

“Bancakan atau makan bareng semacamnya itu menghadirkan lagi memori kita sebenarnya kalu dulu sering di pesantren-pesantren Islam Jawa makan liwetan bareng-bareng. Kemudian di masyarakat Jawa Barat juga, biasanya sama keluarga,” ujar William pada KompasTravel saat launching Web Series Kuliner Indonesia Kaya di Menteng, Jakarta, Rabu (7/6/2017)

Prapto menyimpulkan bahwa tradisi tersebut memang bagus, karena menandakan kebersamaan dan memperkuat kekeluargaan. Seperti fungsi awalnya di pesantren-pesantren tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Travel Update
Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com