Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksotisme Ujung Kulon

Kompas.com - 26/06/2010, 11:10 WIB

Oleh: C Anto Saptowalyono

KOMPAS.com — Anda ingin merasakan sensasi suasana hutan alam dengan beragam tumbuhan dan satwa liar di dalamnya? Atau hendak menikmati keindahan perairan dengan debur ombak dan panorama pantai yang menawan? Datang saja ke Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Mencapai lokasi ini tidak sulit. Wisatawan Jakarta dapat memilih rute jalan darat Jakarta-Serang-Labuan sejauh 120 kilometer dengan lama tempuh 4-5 jam. Bisa juga rute Jakarta-Cilegon-Labuan sejauh 140 kilometer dengan lama tempuh 5-6 jam. Namun, jika tak ingin lelah dan akan menggunakan kendaraan umum, itu juga tak masalah karena dua rute itu dilayani angkutan umum bus dan minibus.

Apabila ingin meneruskan perjalanan ke kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dengan naik kapal cepat berkapasitas sekitar delapan orang, pengunjung dapat berangkat dari Carita. Tarif sewa kapal cepat ini Rp 3,5 juta per hari. Pilihan lain, perahu motor berkecepatan sedang dengan kapasitas angkut sekitar 25 orang yang berangkat dari Sumur atau Tamanjaya. Tarif sewanya lebih murah, yakni Rp 1,8 juta per kapal per hari.

Pilihan transportasi sudah diputuskan, sekarang tinggal mempersiapkan diri untuk menikmati taman nasional tersebut. Para pelancong bisa menikmati keindahan laut dan pulau-pulau kecil dengan perairan di sekelilingnya.

Pengunjung yang gemar berselancar dapat memuaskan tingginya gelombang ombak di Teluk Pulau Panaitan. Keindahan terumbu karang dapat dinikmati di taman laut Pulau Peucang dan Kepulauan Handeuleum.

Pengunjung yang berminat menyelam dapat melakukannya di perairan sekitar Pulau Peucang dan pantai utara serta timur Pulau Panaitan. Atau ada yang ingin bersantai dengan naik kano? Kegiatan mendayung perahu langsing ini dapat dilakukan di sepanjang Sungai Cigenter, Sungai Pamanggangan, dan Cikabeumbeum.

Sebagai catatan, tidak di setiap waktu pengunjung bisa memasuki hutan Semenanjung Ujung Kulon karena kawasan ini merupakan habitat satwa langka badak bercula satu. Pastikan agar jadwal kunjungan tidak berbarengan dengan masa kawin badak. Jadwal dan rute kunjungan ini harus dikonfirmasikan dulu ke Balai Taman Nasional di Labuan. Selain itu, karena lokasi taman nasional dikelilingi perairan Selat Sunda dan Samudra Hindia, faktor cuaca harus benar-benar diperhatikan demi keselamatan. Jangan memaksakan jika cuaca buruk dan gelombang tinggi.

Pesona hutan

Pemandangan di darat pun tidak kalah memesona. Bicara mengenai hutan, ada perbedaan antara hutan di Pulau Peucang dan di Semenanjung Ujung Kulon. ”Di Pulau Peucang dapat ditemui hutan primer, sedangkan di semenanjung ini adalah hutan sekunder,” kata Dodi Sumardi, pegawai Balai TNUK.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com