Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumbu Genep Sejak Zaman Bali Kuno

Kompas.com - 06/05/2013, 15:51 WIB

SEJAK kapan masyarakat Bali mengenal bumbu? Guru Besar Sejarah Universitas Udayana AA Bagus Wirawan memperkirakan, bumbu genep ada sejak zaman Bali kuno. ”Di lontar bumbu genep tercatat dengan istilah usabe. Kalau merujuk periodisasi Bali, tradisi menulis (lontar) telah ada sejak orang Bali mengenal (sistem pertanian) subak 2.000 tahun yang lalu. Sebelumnya, (usabe) mungkin sudah ada tetapi tidak tercatat,” ujar Bagus.

Bagaimana bumbu itu ditemukan dan lewat proses apa bumbu itu tercipta? Penjelasan soal itu memang belum banyak diketahui. Sebagian orang Bali percaya bahwa bumbu berasal dari dewata. Syahdan, Pandawa bertapa (yoga semadhi) agar dianugerahi kekuatan rasa. Doa itu dikabulkan para dewa. Dewa memberikan rasa asin kepada Yudhistira, putra pertama Pandawa. Putra Pandawa lainnya Bima, Arjuna, dan Nakula, masing-masing diberi rasa sepat, pahit, dan pedas.

Si bungsu Sahadewa diberi rasa manis, sedangkan Dewi Drupadi dianugerahi rasa asam. Rasa asin lantas mewujud menjadi kencur, sepat mewujud lengkuas, pahit mewujud kunyit, pedas mewujud jahe, manis mewujud bawang merah-bawang putih, asam mewujud jeruk limau.

Sampai sekarang, menurut Geriya, belum ada penelitian ilmiah mengenai asal-usul bumbu Bali. Hipotesis sementara yang diterima adalah bumbu dan masakan Bali lahir dari kearifan lokal. Meski begitu, lanjut Geriya, tidak dimungkiri ada jejak asing dalam bumbu besar yang merupakan campuran antara bumbu genep dan bumbu wangi (rempah-rempah).

Bahan-bahan bumbu, seperti cabai, bawang merah, bawang putih, lengkuas, kencur, kunyit, jahe, kemiri, ketumbar, kapulaga, jeruk, dan kelapa, tersedia di Bali. Bahkan, prasasti Batur Pura Abang A menyebutkan, tanaman-tanaman itu telah dibudidayakan pada masa pemerintahan raja-raja Bali Kuna abad ke-9 sebagai bahan obat dan makanan.

Rempah-rempah, seperti lada, merica, pala, cengkeh, tidak ada di Bali. ”Kemungkinan besar, rempah-rempah itu masuk lewat perdagangan antarpulau atau perdagangan internasional,” tambah Geriya.

Setidaknya ada tiga hal penting yang membentuk wajah Bali saat ini yakni sistem pertanian subak, penerimaan agama Hindu, dan perkembangan industri pariwisata. Bagus Wirawan menjelaskan, subak telah dimulai sekitar tahun 2000 SM ketika penghuni awal Pulau Bali mulai menetap. Munculnya pertanian subak diawali domestikasi padi yang dibawa imigran Austronesia ketika bermigrasi ke seluruh wilayah Pasifik. Selain padi, mereka juga menanam talas, pisang, dan buah-buahan.

Sebelumnya, mereka memelihara anjing dan hewan ternak, seperti babi hutan dan banteng. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, hewan-hewan itu juga digunakan untuk upacara. Saat itu, orang Bali Kuna telah mengenal ritual. Ritual pertama yang mereka lakukan adalah ritual Dewi Padi, lambang kesuburan. Mereka mempersembahkan hasil pertanian dan ternak sebagai rasa syukur kepada dewa, roh-roh, dan alam semesta. ”Jadi, ritual persembahan sudah ada di Bali sebelum Hindu masuk, terutama untuk memuja roh leluhur,” ujar Bagus Wirawan.

Pada periode yang hampir sama, Bali diperkirakan telah memiliki hubungan dengan dunia luar, antara lain Asia Tenggara dan Asia Selatan (India). Bukti hubungan dengan Asia Tenggara adalah penemuan kapak neolitik di Bali, sedangkan bukti hubungan dengan India adalah penemuan gerabah, manik-manik, dan lempengan emas asal India. Ada pula dugaan migrasi India ke Bali. Hasil analisis DNA pada gigi dari Situs Pacung III menunjukkan, individu yang dikubur di situs itu memiliki kesamaan DNA dan genetika dengan orang India. Hal itu mengindikasikan adanya migrasi India ke Bali atau perkawinan orang India dengan manusia Gilimanuk (IW Ardika, IG Parimartha, B Wirawan, 2013).

Awal kontak India dan Bali diperkirakan terjadi akibat perdagangan cengkeh yang bersumber di Maluku dan kayu cendana yang bersumber di Timor. Bali tampaknya menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dagang dari luar negeri ataupun Nusantara yang membawa banyak rempah dan komoditas penting lainnya.

Hubungan Bali dan India diperkirakan berlanjut hingga abad ke-8 M. Kontak tersebut secara langsung atau tidak langsung menyebabkan perubahan budaya dan tatanan masyarakat Bali. Hal ini terlihat dari pemakaian bahasa Sanskerta, huruf Palawa, dan sistem kepercayaan yang bersumber pada agama Hindu-Buddha. Meski begitu, pengaruh India tidak menghilangkan unsur-unsur budaya lokal dalam sistem kepercayaan dan kemasyarakatan yang ada di Bali sejak zaman prasejarah.

Namun, sebagian besar peneliti percaya, fase paling menentukan penyebaran agama Hindu di pulau itu adalah masuknya invasi Kerajaan Majapahit dari Jawa sebagai penguasa baru di Bali abad ke-14. Majapahit kemudian mendirikan Kerajaan Gelgel di Samprangan, tenggara Bali. Ketika Majapahit jatuh abad ke-16 terjadi gelombang migrasi besar-besaran para bangsawan, pendeta, sastrawan, dan seniman ke Bali untuk menghindari desakan agama Islam yang tak terbendung di Jawa. Mereka membawa serta warisan Hindu Majapahit ke Kerajaan Gelgel yang menjadi awal dimulainya masa kejayaan dan keemasan Bali.

Satu abad kemudian, Kerajaan Gelgel mengalami kemunduran. Kerajaan itu terpecah menjadi sembilan kerajaan, yakni Tabanan, Karangasem, Buleleng, Jembrana, Badung, Mengwi, Bangli, Gianyar, dan Klungkung. Masing-masing bersaing dan persaingan itu memicu kegiatan-kegiatan upacara dan kesenian yang kian semarak. Dengan cara itu, para raja berusaha mendapatkan pengakuan dari raja lainnya sambil menikmati berkah perlindungan dari (roh) para leluhurnya (M Picard).

Bagus Wirawan berpendapat, upacara-upacara ritual yang semarak melahirkan sajen-sajen persembahan yang khas. Dan, dalam sajen itu terdapat makanan-makanan khas pula. ”Semua itu terkait,” tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

    Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

    Travel Update
    Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

    Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

    Travel Update
    Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

    Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

    Hotel Story
    10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

    10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

    Jalan Jalan
    Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

    Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

    Travel Update
    Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

    Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

    Travel Update
    3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

    3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

    Travel Update
    Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

    Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

    Hotel Story
    iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

    iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

    Travel Update
    9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

    9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

    Jalan Jalan
    Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

    Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

    Travel Update
    6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

    6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

    Travel Tips
    Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

    Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

    Travel Update
    China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

    China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

    Travel Update
    Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

    Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com