Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajah Transformasi Kalimantan

Kompas.com - 09/10/2013, 09:33 WIB
Menyusuri kota-kota pelabuhan di Kalimantan seperti membaca secara terang jejak peradaban pulau terbesar di Indonesia. Kemajuan di tanah Borneo itu tidak terlepas dari peran sungai dan laut sebagai urat nadi kegiatan serta pelabuhan yang menghidupinya. Kekayaan alam berlimpah berbalut budaya sungai ini memberi janji kemakmuran. Namun sayang, infrastruktur menjadi pekerjaan rumah yang berat.

***

SUNGAI, laut, dan pelabuhannya begitu setia mendampingi perubahan wajah Kalimantan selama berabad- abad, sejak zaman prakolonial hingga masa kini.

Tanah Borneo tak luput dari sentuhan peradaban Eropa. Pada tahun 1606, Kalimantan menerima kedatangan bangsa asing ketika Gillis Michielszoon, berkebangsaan Belanda, tiba di muara Sungai Barito. Setelah itu, di banyak bagian sungai lainnya, seperti di Sungai Mahakam, Kapuas, dan Martapura, pendatang-pendatang asing silih berganti dan menjalankan misi perdagangannya.

Sejarawan Belanda, Thomas Lindblad, yang meneliti tentang sejarah perdagangan Eropa dalam bukunya, Between Dayak and Dutch (1988), menyebut, perdagangan membawa pencerahan dan pencerahan membawa peradaban. Dan, di Kalimantan perdagangan itu dimulai dari tepi sungai.

Wilayah pesisir di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan menjadi wilayah yang perkembangannya lebih cepat. Populasi di kota-kota seperti Balikpapan, Samarinda, dan Tarakan di pantai timur berkembang pesat. Begitu pula dengan kota di bagian selatan seperti Banjarmasin. Sungai Barito dan Mahakam memiliki peranan penting menghubungkan wilayah-wilayah pesisir dengan wilayah pedalaman yang dihuni oleh suku-suku asli seperti Dayak atau Banjar.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN Aktivitas penambangan batubara di salah satu wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (5/10/2013). Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu wilayah yang paling banyak menerbitkan izin tambang. Eksploitasi batubara menyebabkan degradasi lingkungan karena banyak perusahaan tambang yang enggan merehabilitasi lahan bekas tambang.
Perbedaan wilayah antara pesisir dan pedalaman ini memunculkan pola perdagangan yang berbeda. Masyarakat pedalaman dengan kemampuan jelajahnya yang tak begitu jauh terkonsentrasi pada kegiatan agraris dan memperdagangkan hasil pertanian kepada pendatang-pendatang Melayu atau China.

Lindblad mengatakan, tidak mudah melakukan hubungan dagang dengan orang di pedalaman, terutama bagi bangsa Eropa. Wilayah pedalaman menjadi kekuasaan para pendatang Melayu. Namun, pedagang China dikatakan belakangan cukup berhasil menjalin perdagangan dengan masyarakat pedalaman.

Alhasil, pendatang-pendatang non-Melayu mendominasi perdagangan di pesisir. Pendatang-pendatang asing tersebut membawa perdagangan Kalimantan terintegrasi dengan pasar dunia melalui ekspor terutama sejak kedatangan Belanda. Orang-orang Eropa, China, juga Bugis menguasai hasil-hasil bumi Kalimantan dengan memasarkannya ke luar negeri dan jarang muncul di pasar kecil di sepanjang sungai.

Produk yang diperdagangkan dari wilayah Kalimantan awalnya sarang burung dan kulit reptil, kemudian hasil hutan lainnya seperti getah perca (gutta percha) dan rotan. Juga lateks hutan berwarna merah muda yang digumpalkan dan dicampur dengan resin. Di pasar dunia, pada tahun 1840-an lateks ini dipakai untuk karet cambuk atau sayap helikopter dan untuk bahan isolasi kabel telegraf bawah laut.

Rotan dan batang pohon palem digunakan untuk membuat mebel yang saat itu populer di Eropa. Kedua produk ini diperdagangkan di sepanjang pantai. Banjarmasin menjadi pasar sentral yang berperan penting dalam perdagangan dengan Singapura.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN Seekor orangutan bermain di kandangnya di Kebun Raya Samarindda di luar Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (3/10/2013). Kebun yang awalnya merupakan kebun dan laboratorium penelitian Universitas Mulawarman itu kini dikembangkan menjadi tempat wisata alam. Beberapa koleksi satwa yang ada merupakan satwa sitaan yang sebelumnya menjadi piaraan warga.
Pedagang-pedagang asing ini tidak saja memasarkan produk-produk Kalimantan ke luar negeri, tetapi juga menjual barang ke masyarakat lokal yang dibawa dari Eropa dan Singapura. Barang-barang impor tersebut antara lain tekstil, beras, tepung, dan tembakau. Banjarmasin menjadi pusat perdagangan bahan-bahan pokok.

Posisi Banjarmasin lebih strategis karena letaknya di bagian selatan, dekat dengan jalur pelayaran internasional yang melalui Laut Jawa. Rute pelayaran yang melibatkan Kalimantan masa itu adalah pantai barat, selatan, dan timur Kalimantan ke Makassar (Sulawesi), Surabaya (Jawa), Singapura, dan Johor.

Periodisasi komoditas

Perdagangan internasional dari Kalimantan bisa dibagi beberapa periodisasi. Sebelum abad ke-19, periode perdagangan dicirikan dengan komoditas yang berbasis pertanian. Hasil pertanian, perkebunan, dan hutan menjadi motor penggerak ekonomi pada periodisasi masa prakolonial dan kolonial awal. Kutai menawarkan karet dan rotan dari hulu Mahakam, sedangkan Banjarmasin memasarkan lada yang banyak tumbuh di Martapura dan sekitarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com