Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Talempong, Menyambut Rindu Perantau Minangkabau

Kompas.com - 27/07/2014, 10:46 WIB

BUNYI talempong mengalun di tengah riuh Bandar Udara Internasional Minangkabau, Sumatera Barat, Jumat (25/7/2014) siang. Alat musik pukul tradisional khas Suku Minangkabau itu terdengar semakin syahdu kala dipadukan dengan bas, tamborin, jimbe, dan alat musik tiup tradisional Minangkabau, bansi. Sajian itu tidak seperti biasa di bandara.

Bersamaan dengan itu, satu per satu orang mulai mendekat, lalu berdiri membentuk setengah lingkaran. Beberapa orang terlihat bergerak mengikuti irama, sambil menyalakan telepon seluler (ponsel) untuk mengambil video atau gambar. Beberapa orang lainnya bergeming, seperti terbuai suguhan gratis nan menarik di tengah sengat matahari yang begitu terik.

Cuaca di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) siang itu memang panas karena mencapai 31 derajat celsius. Wajar jika mereka yang hendak berangkat atau sekadar datang menjemput kerabat memilih tak berlama-lama berada di luar atau pelataran parkir. Begitu turun dari kendaraan, mereka buru-buru menuju terminal.

Alhasil, kehadiran Sanggar Saayun Sakato yang digawangi Buyung (36), Eko Febrianto (28), Roby Yuliandri (22), Jaka Mustika (29), dan Dolly Suryadi (24) di tengah kondisi itu menyedot perhatian karena berhasil menghadirkan suasana berbeda. Bukan saja karena mereka begitu terampil memainkan alat musik talempong, melainkan pilihan lagu yang mereka bawakan sepanjang pertunjukan sungguh memikat hati. Semuanya berpadu manis menyambut siapa pun yang menyempatkan waktu sejenak untuk menonton.

Talempong merupakan alat musik yang terdiri dari beberapa gong kecil berbahan kuningan. Bentuknya menyerupai bonang khas Jawa dalam perangkat gamelan. Talempong biasanya menjadi alat musik tradisional yang mengiringi tarian tradisi Minangkabau, seperti tari piring, tari pasambahan, dan tari gelombang.

Selain sebagai pengiring tari, alat musik ini juga biasa dimainkan dalam pertunjukan yang memerlukan sentuhan musik tradisional. Sering kali, talempong dikolaborasikan bersama alat musik modern, seperti organ, untuk memberikan sentuhan khas.

”Kali ini pun, kami mengolaborasikan talempong dengan alat musik modern. Untuk lagu, kami membawakan berbagai macam lagu, mulai dari lagu Minang, dangdut, hingga pop. Tujuannya tidak lain untuk menghibur mereka yang sedang berada di bandara, terutama para perantau yang baru tiba di Sumbar. Jadi wajar jika beberapa lagu Minang yang kami bawakan memang bertema perantau, seperti ’Anak Salido’ atau ’Mudiak Arau’,” kata Buyung.

Menurut Buyung, kehadiran musik tradisional talempong sejak pukul 10.00 hingga 17.00 selama dua hari lalu hingga hari Minggu mendatang diperuntukkan untuk menyambut kedatangan warga Minangkabau yang merantau ke berbagai daerah, termasuk ke luar negeri. ”Mereka semua pasti rindu dengan kampung halaman. Jadi, ketika tiba di sini pertama kali, alangkah indahnya jika yang mereka dengar pertama kali juga adalah sesuatu yang khas dari tanah kelahirannya,” tutur Buyung lagi.

Minangkabau merantau

Tema lagu yang mereka pilih memang sangat sesuai dengan kebiasaan orang Minangkabau, yakni merantau. Ambil contoh lagu berjudul ”Mudiak Arau” yang menceritakan tentang penantian seorang gadis Minang akan kekasihnya yang telah lama merantau ke negeri orang. Pada suatu waktu, sang kekasih pulang ke kampung halamannya. Si gadis tidak peduli apa pun kondisi kekasihnya, dia tetap menerimanya.

Selain itu, agar lebih menarik, Buyung dan rekan-rekannya tidak malu untuk bergoyang ketika memainkan lagu bertempo cepat. Aksi mereka justru mendapat sambutan meriah dari penonton. Setiap kali menuntaskan sebuah lagu, tepuk tangan membahana terdengar di tempat mereka tampil, yakni dekat terminal kedatangan domestik.

”Tambo lai uda... Tambo lai uda,” teriak sejumlah penonton, meminta tambahan satu lagu lagi. Para penonton juga diajak untuk bernyanyi. Sebuah mik disiapkan untuk pengunjung yang ingin berbaur dan larut bersama musik racikan Sanggar Saayun Sakato itu.

”Kehadiran mereka sangat menghibur dan pas sekali dengan suasana pulang kampung. Musik dan lagu yang mereka nyanyikan cukup mengobati kerinduan akan kampung halaman yang sebentar lagi akan saya jumpai,” kata Johan Tanjung (40), perantau asal Kota Pariaman yang tinggal di kawasan Senen, Jakarta Pusat.

Hal yang sama disampaikan Deni Yusnita (19), yang baru tiba dari Solo, Jawa Tengah. Gadis yang berkuliah di Universitas Sebelas Maret Surakarta itu hendak mudik ke kampung halamannya di Kabupaten Pasaman. Ia menuturkan, suguhan musik tradisional di bandara sangat bagus. ”Musik tradisional di bandara tentu bisa menjadi salah satu alternatif mengusir kebosanan, terutama bagi mereka yang harus menunggu jemputan dari kampung,” kata Deni.

Suguhan musik talempong rupanya juga menghibur warga yang hendak meninggalkan Sumbar. Rombongan Alex (38), Romli (38), dan Pepen (25) yang hendak mudik ke Karawang, Jawa Barat, misalnya. ”Penampilan mereka bagus. Meski bukan orang Minang, kami suka. Apalagi buat kami yang menunggu hampir enam jam di bandara. Bandara-bandara lain jarang menghadirkan musik beginian, banyakan lagu-lagu pop atau berbahasa Inggris,” kata Alex.

Menurut General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau Rian Hadihito, suguhan musik tradisional setiap jelang mudik Lebaran memang sudah dilakukan pihaknya sejak beberapa tahun terakhir. Sanggar Saayun Sakato akan tampil pada masa mudik hingga hari Minggu mendatang, lalu tampil lagi selama masa balik hingga tujuh hari setelah Lebaran. Pemudik memang harus disambut. (Ismail Zakaria)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

787.900 Turis China Kunjungi Indonesia pada 2023, Sebagian ke Labuan Bajo

787.900 Turis China Kunjungi Indonesia pada 2023, Sebagian ke Labuan Bajo

Travel Update
4 Aktivitas yang bisa Dilakukan di Hutan Kota Babakan Siliwangi

4 Aktivitas yang bisa Dilakukan di Hutan Kota Babakan Siliwangi

Jalan Jalan
Sempat Tutup karena Longsor, Kali Udal Gumuk di Magelang Buka Lagi

Sempat Tutup karena Longsor, Kali Udal Gumuk di Magelang Buka Lagi

Travel Update
Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Jalan Jalan
75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

Travel Update
5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

Travel Update
Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Travel Update
Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Travel Update
Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Travel Update
DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

Travel Update
Long Weekend Waisak Jumlah Penumpang Kereta Api di Yogya Naik 41 Persen

Long Weekend Waisak Jumlah Penumpang Kereta Api di Yogya Naik 41 Persen

Travel Update
Spot Foto di Taman Sejarah Bandung, Foto Bersama Wali Kota

Spot Foto di Taman Sejarah Bandung, Foto Bersama Wali Kota

Jalan Jalan
Pembangunan Gereja Tertinggi di Dunia Hampir Rampung Setelah 144 Tahun

Pembangunan Gereja Tertinggi di Dunia Hampir Rampung Setelah 144 Tahun

Travel Update
Harga Tiket Menara Eiffel di Perancis Akan Naik 20 Persen per Juni

Harga Tiket Menara Eiffel di Perancis Akan Naik 20 Persen per Juni

Travel Update
Roma Akan Bangun Jalur Ramah Pejalan Kaki di Sekitar Area Bersejarah

Roma Akan Bangun Jalur Ramah Pejalan Kaki di Sekitar Area Bersejarah

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com